Mengenal Game Microtransactions yang 'Pay to Win' - Can't Pause for Gaming

Home Top Ad

Responsive Ads Here

01 November 2024

Mengenal Game Microtransactions yang 'Pay to Win'


Dalam dunia game modern sekarang ini, pilihan untuk memainkan sebuah game semakin beragam. Mulai dari game-game gratis dengan sistem pay to win (P2W) atau game mengharuskan kita untuk membelinya terlebih dahulu yang biasa disebut pay to play (P2P). Masing-masing sistem ini menawarkan pengalaman bermain yang berbeda, tentunya dengan keuntungan dan tantangan tersendiri. Pemain kerap kali dihadapkan pada dilema, apakah lebih baik membayar untuk kemudahan dan kecepatan melewati tantangan di dalam game, atau membayar untuk mendapatkan akses penuh ke dalam game tanpa harus tergoda oleh microtransaction. Namun, perlu diingat bahwa downloadable content (DLC) bukanlah sistem
pay to win, transaksi dilakukan untuk menambah konten yang ada di luar inti dari game.

Game pay to win sering kali memberikan keuntungan bagi pemain yang bersedia mengeluarkan uang lebih banyak, baik untuk mendapatkan item-item atau equipment yang berguna, karakter yang memiliki kekuatan lebih, atau bahkan sumber daya yang membuat game menjadi lebih mudah. Model ini memang mendapatkan kritik dari para gamer karena dianggap tidak adil bagi pemain-pemain yang memainkan gamenya secara gratis. Namun, di sisi lain, banyak yang memanfaatkan sistem ini sebagai cara yang cepat untuk mencapai hasil yang maksimal. Di sinilah kontroversi muncul, apakah model ini mendorong kompetisi atau justru merusaknya? Pilihannya ada pada gamer itu sendiri.

Game pay to play menawarkan pendekatan yang berbeda karena 'ada uang ada barang' sesuai dengan transaksi umum perdagangan yang telah ada sejak lama. Pemain membayar di awal untuk membeli gamenya dan dapat menikmati akses penuk ke dalam game, tanpa khawatir tentang microtransaction di dalamnya yang mungkin akan mengganggu pengalaman bermain. Model ini biasanya lebih dihargai karena keadilannya, tetapi juga dapat membatasi akses bagi pemain yang tidak siap mengeluarkan biaya di awal. Lantas, mana yang lebih cocok untuk Anda?

Kenapa banyak developer membuat game pay to win dengan microtransation?

Ada banyak developer yang memutuskan untuk membuat game pay to win dengan berbagai macam alasan, bahkan banyak dari mereka yang akhirnya fokus pada game-game mobile. Alasan paling utama adalah masalah ekonomi, di mana game pay to win yang ada microtransaction lebih menjanjikan keuntungan ketimbang game pay to play. Ini adalah hal yang biasa dilakukan oleh banyak developer di zaman sekarang ini, namun apabila Anda melihat beberapa tahun ke belakang, hal ini adalah hal yang baru yang mendapatkan banyak kritikan dan sekarang semua orang bisa menerima.

1. Peningkatan pendapatan.
Sistem microtransaction memungkinkan developer untuk terus mendapatkan pemasukan meskipun game mereka dapat diunduh dan dimainkan gratis, bahkan banyak juga developer yang menjual sangat murah game-game mereka dengan sistem pay to win ini. Dengan menawarkan item khusus, subscription atau berlangganan, karakter langka, sumber daya atau ransum, hingga skin atau aksesoris di dalam game yang hanya bisa dibeli dengan uang sungguhan, developer menciptakan peluang bagi pemain untuk terus melakukan pembelian, bahkan setelah mereka mengunduh atau membeli gamenya. Ini membantu memperpanjang umur pendapatan game secara keseluruhan, jauh melampaui penjualan awalnya.

2. Model bisnis yang lebih fleksibel.
Microtransactions memberikan fleksibilitas dalam model bisnis game. Sebuah game dengan microtransaction dapat memikat pemain dari berbagai latar belakang ekonomi. Pemain yang tidak ingin mengeluarkan uang tetap bisa bermain secara gratis, sementara pemain yang bersedia mengeluarkan uang untuk mempercepat progres atau mendapatkan keuntungan dalam game memiliki kesempata untuk melakukannya. Ini memungkinkan free to play dengan opsi pembelian dalam aplikasi lebih mudah menjangkau audience yang lebih luas.

3. Pengembangan Konten berkelanjutan.
Dengan adanya pendapatan berkelanjutan dari microtransaction, developer bisa terus memperbarui dan mengembangkan game. Ini termasuk menambah konten baru seperti karakter, peta, misi, atau item yang membuat pemain tetap tertarik dalam jangka panjang. Sistem ini memungkinkan permainan terus berkembang tanpa harus mengandalkan model rilis satu kali yang mungkin tidak mencukupi untuk biaya pengembangan jangka panjang.

4. Mengurangi risiko finansial di awal.
Pengembangan game, terutama game-game besar atau AAA, membutuhkan biaya yang sangat besar. Dengan moden microtransaction, developer dapat mengurangi risiko dengan memastikan ada aliran pendapatan terus-menerus, bahkan jika penjualan awal game tidak sebesar yang diharapkna. Ini juga bisa menjadi jaminan bahwa game dapat terus menghasilkan uang selama bertahun-tahun, asalkan basis pemain tetap aktif.
 
Pendapatan mingguan terbesar kategori game mobile dengan microtransaction. (sumber: gamewerk)
 
Apa saja yang dijual di dalam microtransaction?

Bagi gamer, sudah biasa mereka melihat berbagai macam banner atau visual khusus yang muncul di awal ketika aplikasi game baru saja dibuka, mereka juga paham betul apa saja yang dijual di dalam game tersebut. Namun, bagi orang awam belum tentu mengerti bangaimana microtransaction ini bisa memicu gamer untuk melakukan pembelian. Visual banner ini biasanya menunjukkan apa saja yang sedang ditawarkan developer untuk mengajak pemain melakukan top up, bisa itu berupa event yang sedang berlangsung, karakter gacha terbaru, hingga first time purchase yang biasanya memberikan banyak keuntungan di awal permainan.
 
Banner yang muncul ketika membuka aplikasi game yang menunjukkan event sedang berlangsung untuk mengajak pemain melakukan top-up.
 
Diamond yang hanya bisa didapat apabila pemain melakukan top up yang berguna untuk membeli segala macam item yang dijual di dalam game.
 
Game microtransaction sudah pasti menjual mata uang di dalam game, bahkan mata uang ini bisa dibagi menjadi banyak jenisnya. Misalnya saja ada Coin yang biasanya didapatkan gratis dari dalam game tersebut dengan cara mendapatkannya dari drop item atau menjual barang di game RPG, ini adalah mata uang standar yang mana hanya bisa membeli barang yang dapat ditukarkan dengan Coin saja. Ada juga Diamond yang biasanya didapatkan dari hasil top up dengan membelinya memakai uang asli, di mana Diamond bisa digunakan untuk berbagai macam hal seperti membeli supply dalam game, gacha karakter, hingga item/equipment yang dijual yang hanya bisa dibeli dengan Diamond.
 
Fitur subscription atau biasa disebut sebagai monthly pass yang biasanya wajib ada di dalam game-game yang ada fitur microtransactionnya.
 
Hal yang paling unik adalah developer menyediakan fitur subscription atau berlangganan, di mana pemain yang melakukan top up akan diberikan sejumlah item/karakter/aksesoris yang berguna dan bisa memanjakan kepuasan pemain. Mirip sekali dengan fitur subscription yang ada pada banyak aplikasi lain, bedanya ini di dalam game. Developer biasanya akan memberikan value lebih terhadap item/karakter/aksesoris bulanan ini sehingga sifatnya sangat langka dan tidak bisa didapatkan dengan cara lain selain melakukan top up. Fitur ini merupakan salah satu andalan yang biasanya wajib ada di dalam game microtransaction.

Apa saja kekurangan dari game pay to win?

Sebuah produk tidaklah lepas dari segala macam kekurangannya, meskipun di dalam industri game dengan game yang mencapai pendapatan luar biasa, tentu akan memiliki kekurangan. Apalgi ketika orang mendengar dan melihat tentang microtransaction atau pay to win, tentu sudah terbayang kalau game tersebut akan menghabiskan banyak uang. Namun, ada beberapa kekurangan lain yang kami temui.

1. Ketidakadilan dalam kompetisi.
salah satu kritik utama yang dilontarkan para gamer terhadap game
pay to win adalah adanya kesenjangan yang besar antara pemain yang membayar dengan pemain yang tidak membayar. Pemain yang bersedia mengeluarkan uang sering kali memiliki keuntungan yang sangat signifikan dalam hal kekuatan atau power karakter, item atau equipment yang bagus, hingga progres permainan yang sangat jauh. Ini membuat pengalaman bermain menjadi tidak seimbang dan bisa menghilangkan esensi kompetisi yang adil.

2. Berkurangnya tantangan dan kepuasan bermain.
Pemain yang membayar untuk mendapatkan kemajuan yang signifikan banyak yang merasa permainan menjadi kurang menantang. Hal ini bisa mengurangi kepuasan yang diperolej dari pencapain di dalam game. Hal ini disebabkan karena keberhasilan tidak lagi bergantung kepada keterampilan atau dedikasi si pemainnya, melainkan pada seberapa banyak yang yang diinvestasikan.

3. Banyaknya kritik dan kekecewaan dari gamer.
Banyak sekali gamer yang memandang game pay to win dengan pandangan negatif karena dianggap berorientasi pada keuntungan finansial semata daripada pengalaman bermain yang adil. Ini sering kali menimbulkan reaksi keras dari pemain yang merasa bahwa fame menjadi terlalu komersial dan tentu saja dapat mengurangi popularitas game dalam jangka panjang.

4. Peningkatan ketergantungan untuk melakukan pembelian.
Banyak game pay to win yang memaksa para pemain untuk terus mengeluarkan uang agar tetap relevan dalam permainan. Hal ini membuat para pemain yang tidak membayar bisa merasa tertinggal jauh sehingga membuat mereka terpaksa mengeluarkan uang untuk bisa bersaing atau menikmati konten-konten yang lebih banyak.

Game Genshin Impact dikatakan pelit oleh banyak gamer karena banyak yang tidak sesuai ekspektasi dari para pemain. (sumber: AniEvo)

Bagaimana developer mengatasi kekurangan game mereka?

Developer pun menyadari atas kekurangan game mereka dan seringkali meminta pendapat dari para pemain-pemainnya, tidak heran apabila banyak sekali masukan dan kritikan yang dilontarkan melalui media sosial. Polling survey pun biasanya rutin mereka lakukan di dalam game supaya mendapatkan masukan-masukan yang lebih spesifik yang bisa membuat rasa nyaman dalam pengembangan ke depannya. Berikut beberapa langkah yang dilakukan oleh developer untuk mengatasi kekutangan game pay to win mereka:

1. Balancing mekanisme dan penawaran non-kompetitif.
Salah satu cara utama untuk mengatasi ketidakadilan dalam kompetisi adalah dengan menyeimbangkan keuntungan yang didapatkan dari microtransactions dengan cara memastikan bahwa item atau upgradi yang bisa dibeli tidak terlalu mengganggu keseimbangan permainan. Banyak developer menyediakan pilihan cosmetic items atau skin yang tidak mempengaruhi kekuatan karakter, seperti pakaian, senjata dengan penampilan yang unik, atau bahkan animasi-animasi tertentu. Dengan hanya menawarkan kosmetik, pemain tetap bisa bermain tanpa merusak keseimbangan kompetitif.

2. Penerapan pembatasan (cap) pada transaksi dalam game.
Beberapa game pay to win membatasi jumlah transaksi yang dapat dilakukan oleh pemain dalam jangka waktu tertentu, misalnya 1 item hanya bisa dibeli 1x saja selama 1 tahun. Dengan penerapan batas (cap) pada pembelian, developer dapat mencegah ketidakseimbangan ekstrem dan memastikan pemain yang berusaha meningkatkan kekuatan dengan uang tidak menguasai permainan secara mutlak. Strategi ini bisa membuat pemain free to play merasa lebih dihargai karena mereka tetap memiliki peluang yang adil untuk bersaing.

3. Menyediakan konten gratis yang memadai dan sistem reward untuk semua pemain.
Untuk menjaga minat pemain yang tidak ingin atau tidak mampu melakukan pembelian, developer sering kali menyediakan free rewards, seperti daily rewards, weekly mission, atau event khusus yang bisa diikuti oleh semua pemainnya. Sistem ini memberi kesempatan bagi pemain free to play untuk mendapatkan item, equip, atau currency dalam game yang biasanya bisa dijual kembali. Cara ini memang akan menghabiskan lebih banyak waktu dan tenaga namun efektif untuk menjaga antusias para pemain dan tentu saja dapat mengurangi kesenjangan antara pemain yang membayar dan yang tidak.
 
Daily rewards memberikan hadiah yang cukup berguna untuk free to play player karena hanya dengan login terus-menerus bisa mendapatkan hadiah yang semakin baik.

4. Mengadopsi model Battle Pass atau Season Pass.
Battle Pass atau Season Pass telah menjadi model yang populer di banyak game free to play karena lebih bisa diterima oleh pemain dibandingkan model pay to win klasik. Dengan membeli Battle Pass, pemain dapat membuka hadiah eksklusif melalui progres permainan dan bukan melalui pembelian langsung. Sistem ini menawarkan konten berbayar yang terikat pada progres yang tetap mendorong pemain untuk bermain dan bukan sekedar membeli kemenangan. Sistem ini juga lebih transparan dan dianggap lebih adil karena hadiahnya hanya dapat diperoleh melalui gameplay yang aktif dengan tingkat progres yang sama.

5. Menerapkan sistem sewa atau sementara.
Developer juga dapat membuat item berbayar yang hanya memberikan bantuan kecil atau sementara. Misalnya, item bisa menambah sedikit buff pada kekuatan karakter, drop rate item, atau exp point yang mana tidak membuat pemain langsung tidak terkalahkan. Dengan cara ini, game masih menawarkan tantangan dan pemain free to play tetap punya kesempatan untuk mengalahkan pemain yang membayar.

6. Menggunakan matchmaking berdasarkan level atau kemampuan.
Salah satu cara efektif untuk mengatasi ketidakadilan adalah dengan menerapkan sistem matchmaking yang cerdas. Dalam game kompetitif, pemain yang memiliki item atau karakter yang lebih kuat sering kali akan dipasangkan dengan pemain lain yang berada di level atau kemampuan yang serupa. Sistem ini membantu memastikan bahwa pemain free to play tidak harus bersaing langsung dengan pemain yang memiliki keunggulan besar dari microtransactions, menjaga keseimbangan kompetisi, dan meningkatkan pengalaman bermain.

7 Transparansi dalam monetisasi.
Banyak kritik terhadap model pay to win berasal dari kurangnya transparansi dalam mekanisme pembelian. Developer yang menginginkan relasi baik dengan komunitasnya cenderung lebih transparan tentang apa yang ditawarkan dalam pembelian, berapa persentasi keberhasilan gacha, loot boxes, hingga dijanjikan seperti 100% mendapatkan apa yang sesuai dengan banner apabila menarik 10 gacha. Transparansi ini membantu menghindari kekecewaan dan memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang nilai pembelian bagi pemain.

8. Menghindari praktik agresif dalam memasarkan pembelian.
Developer yang peka terhadap pengalaman pemain sering kali menghindari iklan atau promosi pembelian dalam game yang terlalu agresif. Dengan tidak memaksa atau terlalu sering mendorong pembelian, pemain merasa lebih nyaman bermain tanpa tekanan untuk membayar demi menikmati permainan. Misalnya, menghilangkan red dot notifikasi untuk purcahse setelah dilihat 1x dalam sehari, banner yang bisa disembunyikan untuk 1 hari, dan semacamnya. Taktik ini membuat game pay to win lebih mudah diterima karena pembelian menjadi pilihan, bukan suatu keharusan untuk menikmati permainan.

9 Menyediakan pilihan progres yang wajar untuk pemain free to play.
Developer dapat memberikan pilihan progres yang realistis untuk pemain yang memilih untuk tidak membayar. Misalnya, meskipun item tertentu dapat dibeli, pemain free to play tetap memiliki cara untuk mendapatkannya melalui quest, challenge, atau material combine meskipun akan memakan waktu yang lebih lama. Dengan cara ini, pemain free to play masih bisa mengejar progres tanpa harus merasa tertinggal jauh.
 
Quest yang bisa dilakukan oleh pemain free to play di mana masih dalam tingkat wajar untuk kesulitannya dan mendapatkan hadiah yang sepadan dengan usahanya.
 
10. Mengadakan event khusus dengan hadiah menarik.
Untuk menjaga agar game tetap menarik dan meredak rasa ketidakadilan, banyak developer mengadakan event-event khusus yang memberikan pemain berkesempatan untuk mendapatkan item atau hadiah yang biasanya berbayar. Dengan adanya event-event ini, semua pemain, baik yang membayar maupun yang tidak, mendapatkan peluang yang sama untuk menikmati konten yang sama juga dan bisa menjaga semangat kebersamaan utnuk meningkatkan keterikatan pemain terhadap gamenya.
 
Anniversary event biasa dilakukan para developer di mana mereka membagikan hadiah-hadiah gratis untuk semua pemain, baik yang melakukan pembelian maupun yang free to play.

Kesimpulan

Keputusan developer untuk membuat game yang ada microtransactions di dalamnya merupakan kehendak mereka, tapi perlu diingat bahwa pengalaman bermain adalah hal yang utama ketimbang praktek promosi yang agresif. Player pun memiliki pilihan yang sepadan apabila menjadi free to play maka hanya akan mendapatkan hadiah basic dan apabila membayar maka akan mendapatkan hadiah yang lebih.

Microtransactions tidaklah buruk apabila diseimbangkan dengan hak-hak dari pemain free to play lainnya. Mereka akan menjadi buruk apabila tidak ada keseimbangan antara pemain yang memainkan game secara gratis dan pemain yang membayar. Salah satu ide yang biasa dilakukan developer adalah menjual kosmetik sehingga tidak berdampak signifikan terhadap game.

Apakah Anda memilih bermain secara free to play atau bersedia membayar lebih menjadi pay to win?

No comments:

Post a Comment