Ulasan atau review game telah menjadi salah satu sumber utama bagi para gamer dalam menentukan game apa yang akan mereka mainkan. Mereka akan mencari tahu terlebih dahulu ke beberapa review yang diutarakan oleh media-media game besar maupun dari para konten kreator gaming sebelum memutuskan untuk membeli game nantinya. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyesalan setelah membeli. Namun, di balik ulasan-ulasan yang beredar di internet, ternyata ada ulasan-ulasan yang tampaknya objektif tapi ternyata terdapat pengaruh yang sering kali sulit diabaikan, seperti bias dari media yang dibiayai oleh perusahaan game atau bahkan perspektif pribadi yang tidak selalu sesuai dengan ekspektasi publik. Banyak review game di zaman sekarang tampaknya diungkapkan dengan tujuan meningkatkan penjualan atau membangun hype daripada memberikan informasi yang jujur kepada para gamer. Ini membuat beberapa gamer merasa skeptis dan mempertanyakan kredibilitas dari sumber-sumber review, terutama media game besar.
Lebih lanjut, pengaruh media sosial telah mengubah cara review diakses dan dikonsumsi. Berbagai macam platform media sosial dipenuhi dengan review game dari para influencer dan streamer yang sering kali bekerja sama langsung dengan pengembang atau sponsor. Keterlibatan finansial seperti ini bisa merusak objektivitas ulasan yang mereka buat. Tidak sedikit pula dari mereka yang mempromosikan game tertentu bukan karena kualitasnya, tetapi karena ada insentif finansial dan agenda politik tertentu. Ini menimbulkan masalah serius, karena para pemain yang tidak waspada bisa tertarik membeli game yang sebenarnya tidak sesuai dengan ekspektasi mereka.
Lebih lanjut, pengaruh media sosial telah mengubah cara review diakses dan dikonsumsi. Berbagai macam platform media sosial dipenuhi dengan review game dari para influencer dan streamer yang sering kali bekerja sama langsung dengan pengembang atau sponsor. Keterlibatan finansial seperti ini bisa merusak objektivitas ulasan yang mereka buat. Tidak sedikit pula dari mereka yang mempromosikan game tertentu bukan karena kualitasnya, tetapi karena ada insentif finansial dan agenda politik tertentu. Ini menimbulkan masalah serius, karena para pemain yang tidak waspada bisa tertarik membeli game yang sebenarnya tidak sesuai dengan ekspektasi mereka.
Di sisi lain, perkembangan pesat industri game juga memunculkan praktik baru seperti embargo review dan pembatasan akses terhadap game sebelum peluncuran. Embargo reiew sering kali diatur oleh pengembang atau penerbit dengan tujuan agar review baru bisa terbit sebelum atau sesudah perilisan untuk menghindari ulsan negatif yang bisa mempengaruhi penjualan. Hal ini mengurangi ruang bagi jurnalis game untuk menulis ulasan yang jujur dan mendalam. Gamer, yang awalnya berharap menemukan panduan yang objektif, justru semakin kesulitan dalam memilah mana review yang bisa dipercaya dan mana yang hanya sekadar pemasaran.
Diclaimer: Pembahasan kali ini kami menyajikan contoh kasus dari Dragon Age: The Veilguard karena merasa game ini sangat cocok untuk ditulis dalam artikel ini.
Baca juga: GODOT: Egois Pribadi dari Community Manager Berimbas Nama Baik Perusahaan
Kenapa ada fake review?
Salah satu alasan utama munculnya fake review adalah promosi berbayar tanpa transparansi. Beberapa studio game atau pihak ketiga yang ingin mempromosikan produk mereka terkadang membayar individu atau agensi untuk membuat ulasan positif, bahkan jika tulisan tersebut tidak mencerminkan kualitas asli game. Tujuannya adalah menciptakan citra yang baik di mata gamer dan meningkatkan penjualan, meskipun metode ini tidak etis. Di sisi lain, ada juga motivasi yang berasal dari persaingan antar studio game. Studio atau pihak tertentu mungkin dengan sengaja menyebarkan ulasan negatif palsu untuk menjatuhkan reputasi pesaingnya, dengan harapan dapat mengalihkan perhatian konsumen ke produk mereka sendiri.
Fake review dapat berdampak buruh pada kepercayaan gamer terhadap ulasan secara umum. Ketika gamer menyadari bahwa ulasan tertentu tidak jujur, mereka cenderung menjadi skeptis terhadap semua review yang dibuat/ditulis/dipublikasikan, bahkan yang benar-benar obyektif. Hilangnya kepercayaan ini merugikan platform ulasan, media, dan komunitas gamer yang mengandalkan reputasi mereka untuk memberikan informasi yang kredibel.
Selain itu, bagi studio game, fake review dapat memiliki efek jangka panjang terhadap reputasi mereka. Jika gamer merasa dibohongi oleh ulasan palsu yang menjanjikan pengalaman bermain yang tidak sesuai kenyataan, mereka cenderung menghindari game dari studio tersebut di masa depan. Penjualan jangka panjang pun dapat berdampak, karena reputasi buruk sulit untuk diperbaiki. Tidak hanya itu, bagi game yang sebenarnya berkualitas, adanya ulasan negatif palsu dapat menghalangi mereka untuk mendapatkan pengakuan yang pantas.
Beredar
syarat dan ketentuan untuk menjadi media partner dalam memberikan
review di game Dragon Age: The Veilguard, di mana harus menyebutkan
beberapa keywords yang mereka buat.
Kredibilitas media gaming dan tantangannya.
Media-media game seperti portal game besar yang memiliki jurnalisnya sendiri dan biasanya mereka lebih kuat dalam membangun reputasinya. Hal ini dikarenakan beberapa jurnalis profesional yang mereka miliki akan menyediakan ulasan yang lebih mendalam, berdasarkan analisis teknis, grafis, gameplay, dan elemen naratif. Kredibilitas mereka didukung oleh tim editorial yang memastikan kualitas konten dan mengurangi potensi bias dalam ulasan yang mereka buat.
Namun, tantangan muncul ketika hubungan media dengan pengembang atau penerbit game bisa mempengaruhi netralitas ulasan. Media besar juga sering menghadapi tekanan dari komunitas gamer yang semakin kritis terhadap ulasan yang dinilai tidak sesuai dengan pengalaman mereka. Di sisi lain, media independen yang skalanya lebih kecil sering kali dipandang lebih otentik karena tidak selalu terikat dengan sponsor besar. Namun, mereka menghadapi tantangan dalam membangun kredibilitas dan mendapatkan early access ke game untuk diulas yang sering kali diberikan kepada media besar terlebih dahulu.
Score yang diberikan pun terlalu tinggi sehingga menimbulkan pertanyaan
bagi para gamer, ditambah judul-judul yang dihasilkan dan isinya hampir
sama semua seperti template. Mengingat kondisi game ini cukup
kontroversial karena ada keterlibatan DEI atau wokies dalam pemaksaan
unsur diversity.
Gamer dan content creator adalah suara komunitas.
Dalam
beberapa tahun terakhir, peran gamer dan content creator menjadi
semakin signifikan dalam memberikan review game. Content creator game di
media sosial dan platform streaming memiliki kedekatan emosional dengan
audience mereka, sering kali mereka memberikan rekomendasi jujur
daripada para jurnalis di media besar. Pengaruh mereka ini dalam
membentuk opini komunitas sangatlah besar, terutama karena ulasan mereka
sering kali menyertakan gameplay secara langsung sehinga audience dapat
melihat kualitas gamenya secara real-time.
Tidak
hanya itu, komunitas gamer sendiri berkontribusi melalui ulasan organik
di forum online dan media sosial. Ulasan dari komunitas ini biasanya
beragam dan lebih mencerminkan pengalaman nyata pengguna dari berbagai
latar belakang. Kekuatan ulasan organik terletak pada kejujurannya,
tetapi tantangannya adalah potensi bias personal yang terkadang lebih
dipengaruhi oleh emosi atau trend daripada analisis objektif.
Beberapa gamer yang berangkat dari kekecewaannya dalam memainkan game Dragon Age: The Veilguard. Kekuatan mereka dalam menarik perhatian publik (gamer) sangat berpengaruh kepada reputasi game itu sendiri.
Menuju ekosistem ulasan yang sehat.
Ke depan, kolaborasi antara media gaming dan komunitas gamer dapat menjadi solusi yang saling melengkapi. Media dapat terus menyediakan ulasan profesionalnya yang mendalam, sementara gamer dan content creator dapat menjadi penghubung antara game dan komunitasnya. Dengan cara ini, industri game dapat menciptakan ekosistem ulasan yang lebih transparan dan memberikan manfaat bagi para pengembang, media, dan gamer itu sendiri. Terkecuali mereka yang digelapkan oleh 'suatu benefit' tertentu.
Platform ulasan perlu meningkatkan sistem moderasi mereka untuk mendeteksi dan menghapus ulasan palsu. Studio game dan content creator juga harus mengedepankan transparansi dalam kolaborasi promosi, sehingga gamer tahu ketika sebuah ulasan merupakan konten berbayar. Dengan menciptakan ekosistem ulasan yang lebih transparan dan terpercaya, industri game dapat mempertahankan integritasnya dan memastikan konsumen mendapatkan informasi yang jujur.
Kesimpulan.
Review game yang beredar di internet, baik itu di platform penyedia review maupun media sosial, masih sangat berdampak dan relevan. Banyaknya gamer di komunitas mereka yang berani untuk memberikan suara apabila game tersebut bagus atau buruk, maka gamer yang akan membeli atau tidak bisa membuat keputusan berdasarkan review mereka. Hal ini dikarenakan biaya untuk membeli sebuah game tidaklah murah, maka dari itu, sebelum kecewa menimpa gamer maka sudah semestinya mencari tahu dulu ke berbagai sumber informasi yang dapat dipercaya untuk melihat review mereka dari berbagai macam sudut pandang. Begitu juga dengan studio game, mereka harus bisa mendapatkan reputasi yang baik dan dipercaya oleh gamer dengan mengedepankan transparansi review game mereka agar memiliki citra yang positif.
Berikut beberapa screenshot tentang perbedaan score review yang dibuat oleh media dan user di Metacritic.
No comments:
Post a Comment