Ada satu hal yang biasa disinggung oleh gamer di beberapa forum dan media sosial, yaitu adanya game remake dan remaster. Biasanya, ketika ada developer yang mengumumkan project baru berbasis judul lama, komentar sinis pun bermunculan. Ada yang bilang kalau developer terlalu malas atau kehabisan ide sehingga ia membuat game remake atau remaster, tapi sebenarnya ada alasan kenapa mereka membuat demikian.
Remake atau remaster dianggap sebagai produk instan atau versi yang hanya dipoles ulang saja untuk mendapatkan keuntungan cepat. Padahal, di balik project seperti Final Fantasy VII Remake atau Suikoden I & II HD Remaster Gate Rune and Dunan Unification Wars, terdapat proses kreatif dan teknis yang kompleks, penuh tantangan, dan sering kali lebih berisiko daripada menciptakan game baru.
Setiap keputusan di bagian desain, animasi, dan alur cerita harus menyeimbangkan dua hal yang tampak berlawanan, yakni rasa hormat pada karya original dan keberanian untuk melakukan inovasi. Kedunya bukan sekadar produk nostalgia belaka, melainkan bentuk penghargaan terhadap sejarah, teknologi, dan evolusi game, hingga untuk mencapai audience baru.
Final Fantasy VII Remake adalah salah satu game remake yang sukses yang dibuat ulang dari seri aslinya Final Fantasy VII di PlayStation. Keberhasilannya membuat game yang lebih modern sehingga bisa menjangkau audience lama maupun baru.
Suikoden I & II HD Remaster juga tampil begitu memukau, sehingga fans lama bisa bernostalgia dengan visual dan gameplay yang lebih kekinian, tidak ketinggalan juga audience baru bisa merasakan begitu bagusnya seri ini.
Baca juga: Persona: Nostalgia Gelap dan Misterius
Mengapa Remake dan Remaster Meningkat
Beberapa tahun belakangan, industri game tampak diselimuti oleh gelombang nostalgia. Mulai dari Resident Evil 2 Remake, Final Fantasy VII Remake, hingga Suikoden I & II HD Remaster adalah judul-judul legendaris masa lalu kembali hadir dalam rupa baru yang lebih modern. Fenomena ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan refleksi dari perubahan cara gamer memandang sebuah gameplay.
Generasi player lama yang tumbuh bersama konsol klasik kini telah dewasa, mereka rindu akan kenangan masa lalu tetapi juga mendambakan kenyamanan teknologi masa kini. Seperti grafis yang tajam, kontrol karakter yang lebih halus, hingga performa yang stabil. Di sisi lain, generasi baru yang belum sempat atau tidak merasakan memainkan game-game klasik kini mendapatkan kesempatan untuk ikut measakan tanpa terhalang kekurangan dari teknologi terdahulu. Remake dan remaster menjadi jembatan antara dua generasi gamer, keduanya menikmati dunia yang sama.
Namun penting untuk memahami bahwa remake dan remaster bukanlah istilah yang identik. Remaster biasanya berfokus pada peningkatan visual dan teknis tanpa mengubah fondasi gameplay atau desain aslinya, seperti Mass Effect Legendary Edition dan Suikoden I & II HD Remaster yang memperhalus grafis namun tetap mempertahankan nuansa klasiknya. Sedangkan remake adalah pembangunan ulang total, mulai dari dunia, karakter, hingga sistem gameplay yang bisa saja berubah drastis seperti Resident Evil 4 Remake dan Final Fantasy VII Remake.
Keduanya juga bukanlah suatu tren baru, karena di industri film dan musik juga sudah lama dan sering melakukannya. Bedanya, hanya ada di produk, proses, dan audiencenya.
Industri film juga melakukan remake sehinga terlihat berbeda meskipun tetap memakai konsep yang sama. Begitu juga dengan musik-musik yang diaransemen ulang, konsep remake dan remaster sudah dipakai di berbagai produk di industri kreatif.
Proses Kreatif di Balik Remake dan Remaster
Dalam proses remake, developer harus menyeimbangkan dua hal yang sering bertolak belakang, yakni menjaga kesan original sekaligus memperkenalkan sesuatu yang baru. Misalnya Final Fantasy VII Remake bukan sekadar versi HD dari game originalnya saja, Square Enix benar-benar membangun ulang seluruh sistemnya, mengubah sudut pandang kamera menjadi third-person, menulis ulang beberapa bagian cerita, hingga mengubah desain dan suara agar lebih imersif. Semua keputusan itu bukan tindakan malas, melainkan bentuk keberanian mengambil risiko terhadap sesuatu yang sudah dicintai oleh jutaan penggemarnya.
Begitu juga dengan remaster, meskipun terlihat sederhana namun tetap memiliki tantangannya. Developer harus berurusan dengan sistem atau coding yang sudah lama yang mungkin saja sudah tidak lagi compatible dengan console atau PC modern, memperbarui efek pencahayaan, tekstur, hingga mengoptimalkan performa di berbagai platform. Semua itu dilakukan dengan satu tujuan, yakni menghadirkan pengalaman bermain yang tetap setia pada versi aslinya tetapi tetap layak dinikmati di era sekarang.
Setiap project remake atau remaster adalah hasil kerja kolektif antara nostalgia, teknologi, dan kreativitas. Ia bukanlah upaya untuk mengulang masa lalu, melainkan cara untuk membuktikan bahwa kisah dan dunia yang pernah dicintai masih memiliki tempat dalam imajinasi di era sekarang.
Remake maupun remaster tetap ada yang bisa mengecewakan apabila tidak ditangani dengan tepat, salah satunya yang dilakukan developer di game Tekken 8. Desain karakter mengambil aset lama namun tanpa melakukan optimasi kembali, entah karena mereka memang malas atau sengaja membuat karakter wanita lebih buruk akibat kaum woke penganut DEI.
Perspektif Bisnis dan Nilai Historis
Di balik layar, project remake dan remaster juga merupakan suatu keputusan bisnis yang dampaknya bisa begitu besar bagi kelangsungan perusahaan. Ada yang mengatakan kalau ini adalah cara yang mudah untuk milking judul yang sudah terkenal, namun pemikiran tersebut tidak salah dan tidak selalu benar.
Produk industri kreatif, seperti game, film, dan musik sangat bergantung pada teknologi. Ketika sebuah console berakhir masanya, banyak game yang ikut menghilang dan terlupakan, tidak heran kalau banyak emulator nantinya. Di sinilah remake dan remaster berperan penting sebagai bentuk pelestarian game. Mereka menjaga agar karya-karya klasik tidak tenggelam oleh waktu sekaligus memperkenalkan warisan tersebut kepada generasi baru.
Ada banyak studio atau perusahaan yang terbantu finansial mereka karena remake dan remaster, ada juga yang karena memang malas untuk membuat game dari nol tapi tidak sepenuhnya pemikiran ini benar. Membangun game dari nol membutuhkan biaya dan risiko yang sangat besar. Sementara itu, remake menawarkan peluang untuk menghadirkan produk dengan fondasi cerita dan basis fans yang sudah ada, sambil membiayai project-project orignal lainnya. Jadi, bukannya menjadi tanda kemalasan, remake dan remaster telah menjadi bagian dari strategi berkelanjutan yang merupakan cara agar industri tetap hidup.
The Last of Us series adalah salah satu contoh nyata bagaimana strategi perusahaan membuat game remaster tetap laku dan dicintai, meskipun terasa dimilking bagi sebagian orang. Selama 10 tahun sejak awal dirilis hingga seri terakhir, The Last of Us telah memenangkan >300 awards, terjual >30 juta copy, dan mendapatkan score yang sangat tinggi dengan rata-rata >90/100.
Tantangan dan Risiko di Balik Remake dan Remaster
Remake dan remaster harus menghadapi dua tantangan utama, yakni memenuhi nostalgia gamer lama yang pernah memainkannya dan sekaligus harus bisa memikat gamer baru yang belum pernah memainkan versi originalnya. Ini diibaratkan berjalan di tali yang tipis, satu langkah yang terlalu jauh ke arah inovasi bisa membuatnya terasa asing, tapi kalau terlalu setia pada versi lama maka ia dianggap tidak membawa hal yang baru.
Contohnya bisa dilihat dari game The Elder Scrolls IV: Oblivion Remastered yang dipuji karena berhasil melakukan modernisasi gameplay tanpa menghilangkan atmosfer klasiknya. Namun di sisi lain, Grand Theft Auto: The Trilogy - The Definitive Edition justru dikritik karena terlalu banyak bug dan diangap gagal mempertahankan pesona originalnya. Kasus ini menunjukkan bahwa remake dan remaster bukanlah project yang 'cari aman', karena satu kesalahan kecil dapat langsung menghancurkan reputasi developer atau perusahaan dan memicu gelombang kekecewaan fandomnya.
Developer yang mengerjakan project ini tentunya dikejar oleh deadline yang ketat dan tekanan dari publisher maupun stakeholder untuk memastikan project tetap menguntungkan. Semua itu membutuhkan kerjasama internal, seperti pembaruan desain, penulisan ulang narasi, hinga rekonstruksi code lama yang terkadang sudah tidak compatible dengan console modern.
The Elder Scrolls IV: Oblivion Remastered adalah salah satu game remaster yang sukses. Ia menyuguhkan grafik yang lebih modern, gameplay yang diperbaiki dari originalnya, namun tidak meninggalkan atau menghilangkan pengalaman originalnya. (sumber: Facebook)
Grand Theft Auto: The Trilogy - The Definitive Edition sangat mengecewakan bagi para penggemarnya, hal ini dikarenakan begitu banyak bug sehingga mereka membandingkan dengan versi sebelumnya yang terlihat jauh lebih bagus dan niat. Beberapa bug sudah diperbaiki seiring berjalannya waktu oleh developer, namun masih ada yang belum diselesaikan sehingga fandom membuat mod untuk memperbaiki bug yang ada. (sumber: Reddit)
Saatnya Mengubah Penilaian Kita
Remake dan remaster juga termasuk dari bagian inovasi, di mana perlu diingat bahwa inovasi bukanlah menciptakan sesuatu dari nol namun ia bisa saja muncul dari keberanian untuk menafsirkan ulang masa lalu dan memberi kesan baru bagi sesuatu yang pernah hidup di hati banyak orang.
Sebagian developer memang malas untuk membuat game dari nol sehingga ada yang mengandalkan remaster, namun sebagian lagi justru ingin mempertahankan jiwa dari game tersebut agar tetap hidup, dikenal, dan dimainkan. Remake dan remaster tetap akan dibuat karena kenangan gamer lama masih hidup dan berdampingan dengan generasi baru yang tumbuh di era sekarang.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Dukung Saya di Trakteer
Bagi Anda yang suka dengan artikel-artikel yang saya buat, saya berharap Anda bisa mendukung saya melalui sedikit donasi untuk meningkatkan kualitas konten yang saya buat. Rencananya, saya ingin memiliki website sendiri. Apabila Anda berkenan, silakan klik gambar di bawah ini untuk menuju halaman donasi.
Bagi Anda yang suka dengan artikel-artikel yang saya buat, saya berharap Anda bisa mendukung saya melalui sedikit donasi untuk meningkatkan kualitas konten yang saya buat. Rencananya, saya ingin memiliki website sendiri. Apabila Anda berkenan, silakan klik gambar di bawah ini untuk menuju halaman donasi.








Comments
Post a Comment