Kontroversi Roblox: Sebuah Hiburan atau Ancaman?


Seperti yang kita tahu bahwa Roblox bukanlah sekadar game biasa, di mana jutaan player aktif setiap harinya sehingga membuat Roblox menjadi sebuah fenomena global di dunia game online. Playernya pun sangat beragam, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang-orang dewasa. Ditambah, Roblox menjadi platform yang memungkinkan siapa saja bisa menciptakan game sendiri dengan basis engine Roblox dan memainkan game buatan orang lain sehingga menjadikan Roblix sebagai ruang kreatif tanpa batas.
 
Namun, banyak developer yang mengeluh karena karya mereka ditiru mentah-mentah oleh kreator platform ini. Game hasil tiruan tersebut sering kali lebih populer dibandingkan dengan game aslinya, hal ini memicu perdebatan sengit antara etika dan perlindungan hak cipta di industri game. Tapi isu plagiat ini hanyalah di permukaan saja dari sejumlah masalah yang lebih dalam.
 
Masalah yang paling mengkhawatirkan baru-baru ini adalah menjamurnya konten dewasa, sesuatu yang seharusnya tidak ada di game dengan mayoritas playernya adalah anak-anak. Mulai dari obrolan dewasa antar sesama player, skin karakter yang dimodifikasi secara vulgar, hingga game terselubung yang memuat unsur seksual. Parahnya, muncul banyak laporan tentang predator online yang memanfaatkan game ini untuk mendekati anak-anak. Platform yang menyenangkan ini berubah menjadi ladang yang berbahaya jika tidak ditangani dengan serius.
 
Roblox memiliki komunitas yang kuat, bahkan pernah ada gerakan peduli Palestina yang dihadiri begitu banyak player Roblox. (sumber: TechCrunch)
 
 
Roblox dan Ekosistemnya
 
Sejak dirilis pada tahun 2006, Roblox berkembang begitu pesat. Kabarnya, lebih dari 200 juta player aktif setiap bulannya dan sebagian besar adalah anak-anak yang berusia 8-15 tahun. Bagi mereka, Roblox bukan hanya tempat bermain saja tetapi juga sebagai dunia sosial virtual untuk berkumpul dan berkreasi.
 
Keunikan Roblox terletak pada sistem user-generated content, di mana siapa pun dapat membuat game sendiri dengan menggunakan tools yang disediakan. Para kreator dapat merancang dunia virtual, membuat mekanik game, bahkan menghasilkan uang melalui mata uang digital yang bernama Robux. Sistem ini secara teori sangatlah ideal untuk mengajarkan kreativitas, logika pemrograman, dan jiwa wirausaha kepada generasi muda. Namun, di baik keunggulannya tersebut justri ada sisi gelap yang semakin sulit untuk diabaikan begitu saja.
 
Kebebasan menciptakan konten tanpa batas itu sering kali dimanfaatkan dengan cara yang salah. Banyak pengguna membuat replika dari game populer tanpa izin, menciptakan fenomena plagiarisme massal di dalam ekosistem Roblox. Ditambah, banyak kreator yang menyelundupkan konten dewasa ke dalam mereka di balik tampilannya yang lucu dan ramah terhadap semua umur, terutama anak-anak. Sistem moderasi Roblox yang tidak selalu efektif membuat banyak konten yang lolos dari pengawasan sehinga pada akhirnya menjadi konsumsi publik tanpa memandang usia. Ini sangatlah berbahaya ketika anak-anak masih belum mampu memilah mana yang aman dan pantas, dan mana yang tidak aman dan yang tidak pantas.
 
Ada begitu banyak video tutorial di YouTube untuk membuat game di Roblox, begitu juga dengan cara melakukan monetisasinya.
 
 
Isu Plagiarisme
 
Tools yang disediakan oleh Roblox begitu fleksibel untuk digunakan kreator atau developer, ditambah kebijakan Roblox yang tidak terlalu ketat dalam masalah hak cipta dengan kemudahan akses dan publikasi gamenya, membuat siapa saja dapat menyalin ide, mekanik, bahkan visual dari game-game populer yang dibuat ulang dan diunggah ke Roblox seolah itu adalah karya asli mereka.
 
Fenomena ini semakin sering terjadi seiring dengan meningkatknya jumlah player dan kreator di Roblox. Banyak game-game terkenal seperti Minecraft, Five Nights at Freddy's, hingga Among Us diplagiat versi Roblox dengan nama dan tampilan yang dimodifikasi. Parahnya, game hasil plagiarisme ini sering kali justru lebih cepat viral karena tampil di halaman rekomendasi atau dimainkan oleh streamer.
 
Situasi ini sangatlah tidak adil bagi para developer profesional. Begitu banyak waktu, tenaga, dan biaya yang dihabiskan untuk menciptakan karya original, sementara itu pembuat tiruannya di Roblox bisa dengan sangat mudah meraih keuntungan tanpa izin. Hal ini memunculkan pertanyaan besar:
 
"Di mana etika dan tanggung jawab Roblox? Sudah sejauh mana Roblox menindak tegas terhadap pelanggaran hak cipta di dalam ekosistemnya?"
 
Meskipun Roblox memiliki kebijakan anti plagiarisme di atas kertas, implementasinya kerap dinilai lamban dan tidak efektif. Begitu banyak laporan dari developer yang merasa diabaikan, bahkan setelah memberikan bukti bahwa game mereka disalin mentah-mentah. Kondisi ini menimbulkan kesan bahwa Roblox lebih fokus menjaga popularitas platform daripada melindungi integritas karya di dalamnya.
 
Pada akhirnya, masalah plagiarisme ini bukan sekadar tentang meniru game lain, namun menjadi simbol dari lemahnya pengawasan dan tanggung jawab Roblox terhadap komunitasnya yang sangat besar. Tanpa kebijakan tegas dan pengawasan yang ketat, Roblox berisiko berubah dari tempat berkarya menjadi ladang eksploitasi ide orang lain.
 
Seorang developer mengatakan bahwa ia lebih menerima apabila ada orang yang membajak gamenya daripada melakukan plagiarisme gamenya dengan menambahkan microtransaction di dalam Roblox.
 
 
Konten Dewasa dan Toxicity
 
Salah satu masalah yang paling mengkhawatirkan di Roblox adalah merebaknya konten dewasa dan toxicity di dalam platform yang seharusnya aman untuk semua umur, mengingat anak-anak ada di dalamnya. Masalahnya, Roblox sering kali membranding dirinya sebagai game yang ramah untuk semua kalangan, namun pada kenyataannya banyak game di dalamnya yang berisi konten vulgar, player yang toxic dengan bahasa kasar, obrolan yang menjurus ke seksual dan pornografi, hingga interaksi animasi yang menampilakn adegan dewasa.
 
Fenomena ini tidak terjadi secara kebetulan karena sistem Roblox memungkinkan player dapat membuat dunianya sendiri tanpa pengawasan langsung, pada akhirnya membuka celah bagi kreator nakal untuk menyelundupkan unsur pornografi atau sensualitas. Ada game yang menampilkan avatar berpakaian terbuka atau minim, simulasi kencan yang mengarah pada adegan dewasa, bahkan aktivitas lain yang tidak pantas dilihat dan diikuti oleh anak-anak. Algoritma Roblox juga tidak selalu mampu mengenali seluruh bentuk pelanggaran, meskipun Roblox memiliki sistem filter otomatis dari tim moderasi, banyak kreator sengaja menyamarkan konten mereka agar lolos dari pemeriksaan.
 
Banyak laporan dari berbagai player di media sosial yang menampilkan adegan maupun obrolan hal-hal yang berbau seksual, sayangnya ada anak yang sadar maupun tidak sadar terlibat dari aktivitas tersebut hingga terjadi ke pelecehan seksual. Di beberapa kasus, player dewasa memanfaatkan fitur chat untuk melakukan 'grooming' atau pendekatan halus yang ditujukan kepada anak-anak dengan tujuan eksploitasi.
 
Memang benar kalau orang tua juga harus ikut andil dalam melakukan pengawasan, namun dari pihak Roblox juga harus meningkatkan kinerja mereka agar bisa menjaga ekosistem yang sehat, nyaman, dan ramah untuk semua kalangan.
 
Salah satu konten vulgar yang benar-benar mengandung unsur aktivitas seksual di dalam Roblox, banyak game sejenis ini yang menyamar sebagai game yang ramah dimainkan oleh semua usia. (sumber: BBC)
 
Sejumlah negara melarang Roblox karena alasan keamanan untuk perlindungan anak. Negara-negara tersebut di antaranya ada Turki, Guatemala, Yordania, China, Korea Utara, Oman, dan Qatar. (sumber: Liputan6
 
 
Hati-hati akan Predator Anak di Dunia Virtual
 
Dari begitu banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh Roblox, baru-baru ini ada berita yang menyita perhatian banyak orang di seluruh dunia, yakni tentang ancaman predator anak yang bersembunyi di balik avatar lucu dan polos. Hal ini dikarenakan begitu banyak anak-anak yang memainkan Roblox sehinga menjadi sasaran empuk bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang mencari korbannya melalui dunia maya.
 
Fenomena ini dikenal sebagai online grooming, di mana predator mendekati anak-anak secara perlahan melalui obrolan atau bermain bersama dengan membangun kepercayaan sebelum akhirnya bertindak manipulatif atau eksploitasi. Hal ini biasa terjadi di dalam Roblox, terutama di ruang public chat, direct message, atau bahkan di dalam game yang diciptakan khusus untuk memancing interaksi personal.
 
Ada begitu banyak laporan dari orang tua dan kelompok perlindungan anak yang mengungkap kasus di mana pelaku berpura-pura menjadi teman sebaya untuk mendapatkan kepercayaan korban. Setelah itu, mereka mulai mengirim pesan yang bersifat pribadi, meminta foto, atau mengajak berpindah ke platform chatting lain di luar Roblox. Situasi ini menjadi semakin berbahaya karena sebagian besar anak-anak tidak menyadari bahwa mereka sedang menjadi target manipulasi.
 
Meskipun Roblox telah menerapkan berbagai fitur keamanan seperti parental control, chat filter, dan sistem pelaporan user, kenyataannya predaor masih mampu mencari celah. Beberapa di antaranya menggunakan bahasa yang disamarkan agar lolos dari deteksi algoritma atau memanfaatkan game buatan sendiri untuk menciptakan ruang interaksi yang tertutup.
 
Masalah ini tidak dapat dianggap sebagai masalah yang sepele, karena Roblox bukan hanya sekadar game biasa namun juga sebagai ruang sosial yang besar dan kompleks. Memang Roblox tidak bisa membuat filter 100% untuk menghilangkan total masalah ini, namun harus ada usaha lebih dari pihak Roblox. Orang tua pun juga tidak dapat mengawasi anaknya berjam-jam saat bermain Roblox, maka dari itu orang tua juga bergantung pada keseriusan Roblox.
 
Diperlukan kolaborasi yang kuat antara orang tua dan platform, bahkan pemerintah juga harus turut andil. Namun yang paling bertanggung jawab adalah Roblox.
 
Salah satu berita yang paling menggemparkan adalah ketika ada seorang jaksa yang juga seorang pengacara di Amerika menggugat Roblox karena platform tersebut gagal dalam melindungi usernya. Ia juga bilang kalau Roblox tidak memiliki protokol verifikasi usia yang komprehensif, namun hal ini dibantah oleh pihak Roblox yang katanya telah menerapkan >40 fitur keamanan di dalamnya. (sumber: Twitter)
 
 
Tangapan Resmi Roblox
 
Sebenarnya, Roblox tidak tiggal diam. Mereka mengakui bahwa adanya tantangan besar dalam menjaga keamanan platform yang jumlahnya telah mencapai ratusan juta user dari seluruh dunia. Mereka juga telah menegaskan untuk menciptakan lingkungan bermain yang aman, dengan sistem moderasi berlapis yang mencakup filter konten otomatis maupun dengan bantuan manusia.
 
Namun, upaya ini tetap menuai kritik. Banyak orang tua dan pengamat industri merasa langkah-langkah tersebut belum cukup tegas. Konten dewasa masih sering muncul di hasil pencarian dan laporan pelanggaran sering kali memakan waktu yang sangat lama untuk ditindaklanjuti. Beberapa developer bahkan mencap Roblox setengah hati dalam menegakkan kebijakan anti plagiarisme dan perlindungan hak cipta dengan alasan bahwa banyak game tiruan justru menghasilkan trafik dan pendapatan yang besar bagi platform.
 
Roblox berdalih bahwa mereka menghadapi skala pengawasan yang luar biasa sulit. Setiap harinya mereka berhadapan dengan jutaan user yang membuat dan memodifikasi game, avatar, serta interaksi real time. Kondisi ini membuat pengawasan manual menjadi hampir mustahil tanpa bantuan algoritma dan AI yang masih memiliki keterbatasan.
 
Tanggapan Roblox ini memperlihatkan dilema klasik antara kebebasan dan keamanan. Mereka berusaha untuk mempertahankan citra perusahaan dengan membuat berbagai alasan dan berdiam diri supaya tidak menjadi boomerang ketika mengeluarkan pernyataan. Pertanyaannya, berapa lama Roblox bisa menjaga citranya ini sebelum kepercayaan semua orang benar-benar goyah?
 
Roblox melakukan banned account pada orang-orang yang mencoba untuk menangkap predator dan bahkan akan menggugat ke pengadilan, dikarenakan Roblox memiliki cara mereka sendiri untuk mengatasi permasalahan dan tidak boleh dilakukan sembarangan orang. Ini menjadi tanda tanya, apakah Roblox peduli dengan komunitasnya atau hanya mementingkan keuntungan semata?
 
Muncul petisi untuk melengserkan CEO Roblox, David Baszucki, buntut dari pemblokiran dan pengusutan ke ranah hukum atas seorang gamer bernama Schlep yang menangkap seorang predator dengan caranya sendiri. Hal ini dikarenakan Schlep geram kalau Roblox sangat lambat, bahkan cenderung diam, akan kasus predator anak. 
 
 
Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?
 
Pengawasan aktif dan edukasi dari orang tua tetaplah menjadi kunci utama dalam melindungi anak-anak dari berbagai risiko, mulai dari konten dewasa, bullying, hingga predator online. Dunia digital tidak dapat dihindari tetapi bukan berarti tidak dapat dikendalikan. 
  1. Aktifkan Parental Control.
    Roblox memiliki fitur Parental Controls yang memungkinkan orang tua membatasi siapa yang dapat berkomunikasi dengan anak, jenis game yang bisa dimainkan, dan seberapa banyak Robux yang dapat digunakan. Pastikan fitur ini aktif dan dikonfigurasi dengan benar.
  2. Pantau aktivitas dan daftar pertemanan.
    Periksa secara berkala daftar pertemanan dan riwayat percakapan anak di dalam game. Jangan ragu untuk memblokir atau melaporkan user yang berperilaku mencurigakan atau menggunakan bahasa yang tidak pantas.
  3. Ajarkan etika dan kewaspadaan terhadap dunia digital.
    Edukasi anak tentang bahaya membagikan informasi pribadi di internet, termasuk nama lengkap, alamat, nomor telepon, maupun foto. Jelaskan bahwa tidak semua orang di dunia maya adalah teman.
  4. Gunakan akun bersama sejak awal.
    Untuk anak-anak yang masih kecil, disarankan bermain menggunakan akun bersama dengan pengawasan langsung dari orang tua. Ini membantu memahami jenis interaksi dan game apa yang sering muncul di Roblox.
  5. Batasi waktu bermain dan akses game baru.
    Waktu bermain yang terlalu lama bisa membuat anak kehilangan kontrol terhadap aktivitas onlinenya. Tentukan jadwal bermain yang wajar dan diskusikan setiap kali anak ingin mencoba game baru.
  6. Gunakan fitur Report & Block.
    Ajarkan anak untuk tidak diam saat melihat pelaku perilaku mencurigakan. Guanakan fitur Report atau Block terhadap player yang melanggar aturan atau mengirim pesan berbau seksual.
  7. Diskusikan dunia game secara terbuka.
    Bangun komunikasi dua arah. Tanyakan kepada anak game apa yang sedang mereka mainkan, siapa saja teman mereka di dalamnya, dan pengalaman apa yang mereka temui. Keterbukaan ini bisa menjadi benteng pertama untuk mencegah potensi bahaya.
Dengan langkah-langkah sederhana ini, Roblox masih bisa menjadi ruang bermain yang aman dan menyenangkan. Dunia digital seharusnya menjadi tempat untuk berkreasi dan belajar, bukan ladang yang berbahaya. Namun ini hanya bisa terwujud jika orang tua, player, dan developer bekerja sama dengan menjaga batas antara kebebasan dan keamanan.
 
Kesimpulan
 
Permasalahan yang ada di dalam Roblox bukan sekadar tanggung jawab satu pihak semata. Platform seperti itu memang memiliki kewajiban untuk memperkuat sistem keamanan dan moderasinya, namun tanggung jawab yang sama besarnya juga ada pada orang tua dan masyarakat di dunia digital secara keseluruhan. Anak-anak yang tumbuh di dunia yang semakin terhubung dengan teknologi tidak bisa kita melarang mereka untuk menjelajahinya. Salah satu yang bisa kita lakukan adalah memastikan mereka melangkah dengan aman, cerdas, dan terlindungi.
 
Dukung Saya di Trakteer
 
Bagi Anda yang suka dengan artikel-artikel yang saya buat, saya berharap Anda bisa mendukung saya melalui sedikit donasi untuk meningkatkan kualitas konten yang saya buat. Rencananya, saya ingin memiliki website sendiri. Apabila Anda berkenan, silakan klik gambar di bawah ini untuk menuju halaman donasi. 

Comments