Bungie dengan Berbagai Kontroversi Marathon yang Dihadapi - Can't Pause for Gaming

Home Top Ad

Responsive Ads Here

24 May 2025

Bungie dengan Berbagai Kontroversi Marathon yang Dihadapi



Kembalinya game Marathon, sebuah franchise game lawas yang pernah membentuk pondasi kejayaan Bungie, seharusnya menjadi momen penting bagi para penggemar game GPS klasik. Namun, bukan nostalgia atau inovasi yang menjadi perhatian bagi fandom, melainkan kekhawatiran yang muncul akan pemikiran yang "kreatif" lagi. Banyak yang menilai bahwa kreativitas Bungie terlalu fokus menyisipkan unsur DEI (Diversity, Equity, dan Inclusion) yang dianggap tidak relevan dengan semangat game aslinya. Tidak heran, dari desain karakter yang disuguhkan, fandom menyatakan bahwa seri terbaru game Marathon ini bersifat woke yang mana ini adalah kritik tentang pesan-pesan yang terlalu dipaksakan dan berisiko mengganggu pengalaman bermain secara keseluruhan.
 
Belum selesai polemik soal konten naratif dan desain karakter, muncul kabar mengejutkan yang membuat kredibilitas Bungie kembali dipertanyakan. Beberapa kreator independen melaporkan bahwa aset visual milik mereka digunakan dalam pengembangan Marathon tanpa izin resmi. Tuduhan pencurian aset ini langsung memicu kemarahan di kalangan komunitas kreatif digital, terlebih karena Bungie bukanlah nama kecil di industri game. Kasus seperti ini memperlihatkan ironi pahit ketika studio besar yang memiliki sumber daya dan reputasi malah terlibat dalam praktik yang tidak etis, bahkan melanggar hukum. Banyak yang melihat ini sebagai tanda bahwa Bungie sedang mengalami krisis integritas dalam pengembangan gamenya.
 
Kombinasi antara arah kreatif yang dianggap terlalu politis dan isu pelanggaran hal cipta membuat banyak penggemar mulai pesimis terhadap masa depan Marathon. Tadinya, fandom mengharapkan menjadi reboot visioner dari seri klasik justru dibayangi potensi kegagalan akibat keputusan-keputusan kontroversial dari pihak developer. Reaksi fandom pun beragam, dari yang masih mencoba untuk optimis hingga yang terang-terangan menarik dukungan mereka. Dalam situasi seperti ini, kepercayaan adalah harga yang sangat mahal dan Bungie tampaknya sedang kehilangan harga di mata gamer.
 
 
Sejarah Bungie dan Game Marathon, "From Zero to Hero"
 
Bungie merupakan developer/studio pengembang game yang didirikan pada tahun 1991 oleh Alex Seropian dan Jason Jones, bermula sebagai tim kecil yang fokus membuat game untuk platform Macintosh. Pada masa awalnya, Bungie merilis beberapa judul seperti Gnop! dan Pathway into Darkness, namun gebrakan besarnya datang pada tahun 1994 lewat perilisan Marathon. Game ini memperkenalkan pengalaman first person shooter (FPS) yang imersif, lengkap dengan cerita yang kompleks dan narasi yang mendalam, sesuatu yang sangat jarang ditemui di game FPS kala itu. Dengan teknologi grafis yang canggih untuk masanya dan sistem kontrol yang intuitif, Marathon segera menarik perhatian gamer pengguna Mac dan menjadi cikal bakal gaya lore yang kemudian dikenal luas dalam karya-karya Bungie.
 
Seri Marathon terdiri dari tiga game: Marathon (1994), Marathon 2: Durandal (1995), dan Marathon Infinity (1996). Ketiga game ini membangun dunia fiksi ilmiah yang mendalam, dengan latar luar angkasa dan konflik antara AI, manusia, serta ras alien. Salah satu aspek yang membuat Marathon menonjol adalah story-nya yang kompleks dan sering disampaikan secara tersirat melalui terminal-terminal teks di dalam game. Sisitem ini mengharuskan pemain untuk aktif menggali cerita, menciptakan pengalaman yang unik dan personal. Bungie juga memperkenalkan fitur multiplayer yang cukup revolusioner pada saat itu, memungkinkan player untuk saling bertarung melalui LAN, menjadikan Marathon sebagai salah satu pionir dalam aspek kompetitif FPS berbasis LAN.
 
Keberhasilan Marathon sebagai sebuah pondasi tentu sangatlah penting bagi Bungie dalam mengembangkan project besar lainnya, termasuk Halo: Combat Evolved yang akhirnya membawa studio ini ke panggung dunia setelah diakuisisi oleh Microsoft pada tahun 2000. Meskipun Halo menjadi franchise andalan mereka selama bertahun-tahun, warisan Marathon tetaplah hidup dalam elemen naratif dan dunia fiksi yang terus menjadi ciri khas Bungie. Marathon terbaru yang akan dirilis di tahun 2025 ini merupakan sebuah kebangkitan yang mengusung konsep extraction shooter modern, sebuah langkah yang menimbulkan antusiasme sekaligus keraguan, terutama di tengah perubahan arah kreatif dan kontroversi yang kini menyelubungi nama Bungie.
Evolusi dari game Marathon series yang ada di Mac OS, tidak ada perubahan yang signifikan dari desain UI namun seri ini tetap menjadi yang favorit di kalangan penggemarnya. (sumber: Steam)
 

Ekspektasi Fandom Marathon Tidak Sesuai Realita
 
Ketika Bungie mengumumkan akan menghidupkan kembali game Marathon, antusiasme fandom begitu tinggi terutama di kalangan gamer senior yang dewasa dengan keberadaan game tersebut. Banyak yang mengenang seri originalnya sebagai salah satu pelopor FPS dengan narasi yang mendalam dan atmosfer sci-fi yang khas, jauh sebelum game Halo menjadi sebuah legenda. Banyak fans lama yang menaruh harapan tinggi pada project ini dan mereka berharap reboot ini akan mempertahankan nuansa intelektual yang membedakan Marathon dari FPS lain di era 90-an (meskipun ada game yang sejenis ini juga, tapi kita kesampingkan terlebih dahulu).
 
Namun, saat trailer resmi Marathon dirilis, reaksi yang muncul justru beragam dan cenderung mengarah pada kekecewaan. Alih-alin menampilkan elemen yang mengingatkan pada atmosfer gelap dan mencekam sesuai dengan ciri khas game aslinya, trailer tersebut justru memperlihatkan visual yang bergaya neon-futuristik penuh dengan warna yang mencolok dan lebih menekankan gaya modern ketimbang style battle yang suram. Desain karakter dan suasana dunia yang ditunjukkan terasa lebih seperti game hero shooter generik ketimbang reboot dari franchise legendaris yang pernah dikenal karena nuansa naratif dan filosofisnya. Hal ini memicu perdebatan sengit di komunitas, dengan sebagian mempertanyakan apakah Bungie yang sekarang ini benar-benar memahami esensi dari franchise yang ingin mereka bangkitkan kembali atau tidak.
Desain karakter dan tema battle yang terlalu berwarna tidak mencerminkan seri Marathon sebelumnya sehingga fandom menganggap game ini adalah woke atau mengandung unsur DEI. (sumber: YouTube)
 
Banyak yang menganggap bahwa Bungie tidak lagi fokus pada penyusunan cerita atau gameplay yang solid, melainkan lebih sibuk menampilkan inklusivitas demi memenuhi tuntutan pasar yang peka terhadap isu sosial. Beberapa elemen yang memicu reaksi keras termasuk desain karakter yang dirasa tidak relevan dengan lata cerita sci-fi, penggunaan pronoun dalam materi promosi, serta gaya marketing yang lebih menonjolkan misi sosial ketimbang fitur gameplay itu sendiri.
 
Kritik ini tidak tiba-tiba muncul dari penolakan terhadap isu kesetaraan gender belaka, melainkan dari kekhawatiran bahwa pesan sosial tersebut dimasukkan secara tidak organik dan akhirnya mengganggu kenyamanan di dalam dunia game. Bagi sebagian gamer, iklusivitas yang terlalu eksplisit bisa menciptakan jarak emosional antara player dan gamenya itu sendiri, terutama jika unsur tersebut tampak dipaksakan atau tidak mendukung konteks story gamenya. Mereka mempertanyakan mengapa fokus pada filosofi dan eksistensialisme yang menjadi khas Marathon di seri-seri sebelumnya harus tergantikan dengan representasi identitas sosial modern yang terasa asing di dalam dunia fiksi ilmiah yang seharusnya universal. Di sisi lain, ada juga kelompok yang membela keputusan Bungie dengan menyebut bahwa keberagaman adalah bagian dari perkembangan industri game dan merupakan bentuk respon terhadap komunitas yang semakin luas dan beragam. Namun, perdebatan ini tetap panas, karena banyak yang melihat bahwa ketika keberagaman berubah menjadi agenda utama, substansi game sebagai media hiburan justru dikesampingkan.
 
Pro dan kontra dari fandom game tidak bisa dihindari, bahkan cenderung semakin panas. Pihak yang mendukung menyebut bahwa Bungie sedang mencoba membuka ruang yang lebih inklusif untuk semua audience. Sementara itu, kelompok yang kontra menganggap bahwa ini sebagai bentuk komersialisasi politik progresif yang terlalu jauh masuk ke dalam industri entertainment. Beberapa bahkan menyebut langkah ini sebagai bentuk virtue signaling, di mana ada upaya untuk mencitrakan moralitas tinggi tanpa benar-benar memahami audience dan esensi waralaba yang mereka garap. Situasi ini memperlihatkan dilema nyata di dalam industri game modern dengan bagaimana caranya menyeimbangkan nilai-nilai sosial dengan kebutuhan akan desain naratif dan gameplay yang kuat tanpa mengorbankan salah satunya. Dalam kasus Marathon, Bungie tampaknya tengah menghadapi risiko kehilangan kepercayaan dari fandom inti demi mengejar audience baru yang belum tentu tertarik dengan franchise ini.
Desain karakter pada game Marathon terbaru tidak mencerminkan nilai yang ada di game sebelumnya. Bungie mengubah desain karakter menjadi lebih modern untuk menyasar modern audience yang mana belum tentu pasar tersebut tertarik.
Fandom menyandingkan desain karakter Marathon dengan desain karakter Concord, yang mana mereka menilai bahwa desain sejenis ini akan mengalami kegagalan di pasar sehingga Bungie akan merugi seperti Concord.

 
Kasus Pencurian Aset oleh Bungie untuk Marathon
 
Kontroversi serius menghantam Bungie setelah artist asal Skotlandia, Fern Hook atau dikenal sebagai Antireal, menyatakan bahwa Bungie menggunakan karya desainnya dari tahun 2017 tanpa izin di dalam game Marathon. Antireal mempublikasikan perbandingan visual yang menunjukkan kemiripan mencolok antara desain poster buatannya dan elemen visual dalam game, termasuk penggunaan logo pribadinya yang dimodifikasi secara minimal. Bungie merespon dengan mengakui bahwa aset tersebut digunakan tanpa izin dan menyalahkan seorang mantan developer yang tidak lagi bekerja di perusahaan. Studio tersebut menyatakan penyesalan dan berkomitmen untuk menyelesaikan masalah ini serta melakukan peninjauan menyeluruh terhadap semua aset di dalam game Marathon dengan mendokumentasikan semua aktivitasnya lebih ketat ke depannya.
 
Meskipun Bungie telah mengakui kesalahan dan menyampaikan permintaan maaf, banyak pihak yang menilai bahwa tanggapan dari Bungie tidak cukup. Beberapa fandom mencatat bahwa beberapa staff Bungie mengikuti akun media sosial Antireal, di mana ini menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana pengetahuan internal mengenai penggunaan karya tersebut. Selain itu, ini bukan pertama kalinya Bungie menghadapi tuduhan serupa, di mana sebelumnya mereka juga dikritik karena menggunakan karya seni independen tanpa izin dalam project mereka.
 
Implikasi dari insiden ini sangat signifikan bagi Bungie, baik dari segi hukum maupun reputasi. Penggunaan aset tanpa izin dapat mengakibatkan tindakan hukum dan merusak kepercayaan komunitas terhadap integritas studio. Sebagai perusahaan besar yang dimiliki oleh Sony, Bungie diharapkan untuk mematuhi standar etika yang tinggi dalam pengembangan game. Kontroversi ini juga dapat mempengaruhi perilisan Marathon yang dijadwalkan pada September 2025, karena studio harus memastikan bahwa semua aset dalam game telah melalui proses verifikasi yang ketat untuk menghindari masalah serupa di masa depan.
Portofolio dari artist Antireal yang dicuri oleh Bungie untuk game Marathon, sepertinya bukan hanya texture saja melainkan secara keseluruhan digunakan oleh mereka. (sumber: Twitter)
Media DualShockers membuat quotes palsu yang dinarasikan bahwa Antireal ini menjual karyanya ke Bungie, padahal tidak demikian menurut Antirealnya sendiri. Setelah postingan ini diupload ke media sosial, artikel tersebut dihapus oleh DualShock. (sumber: Twitter)
Antireal sendiri yang memposting bahwa karyanya telah dicuri oleh Bungie untuk digunakan di game Marathon.
Beberapa karya yang dicuri oleh Bungie untuk project mereka, sehingga kasus Antireal ini bukanlah yang pertama. (sumber: SmashJT)
 
Kesimpulan dan Refleksi Diri
 
Melihat berbagai dinamika yang menimpa Bungie, sulit untuk tidak mempertanyakan apakah Bungie masih layak untuk dipercaya sebagai pengembang yang memegang teguh visi kreatif dan etika industri. Dari tuduhan pencurian aset, kebijakan internal yang berujung PHK massal, hingga keputusan desain yang dianggap menyimpang dari akar franchise Marathon, semuanya menunjukkan adanya krisis identitas dan integritas di balik studio yang dulu begitu diagung-agungkan. Fandom merasa kecewa bukan hanya karena Bungie gagal memenuhi ekspektasi fans lama, tetapi karena mereka tampak lebih peduli pada isu politik dan modern audience ketimbang mendengarkan suara komunitas.
 
Game bukan lagi sekadar produk hiburan, namun sudah menjadi medium kreatif yang bisa menciptakan ikatan emosional, ruang diskusi, dan bahkan refleksi sosial. Maka dari itu, para developer harus memegang teguh pada integritas dalam setiap proses, dari perencanaan, produksi, perilisan, hingga setelah perilisan. Kejujuran dalam menyampaikan arah kreatif, keberanian untuk mengakui kesalahan, dan komitmen untuk memperbaiki diri adalah nilai yang semestinya menjadi standar baru dalam game development.
 
Internal Bungie yang toxic, perlu dibenahi 100%.
Bungie saat ini berisikan orang-orang yang mengedepankan DEI meskipun game mereka belum termasuk dalam kategori woke. Permasalahannya adalah, banyak dari orang-orang DEI (bisa disebut semua) adalah orang-orang yang toxic yang mengatasnamakan keberagaman namun hanya menuntut apa yang ingin mereka lihat atau tunjukkan saja. Mereka tidak suka karakter yang straight, terlalu maskulin atau feminim, bahkan mereka ingin merombak ulang semua game dengan penampilan dan gaya LGBT.
 
Seorang mantan developer Bungie mengungkapkan bahwa kepemimpinan project Marathon terbaru itu sangatlah toxic dan mereka suka merendahkan orang lain. Banyak dari staff lain yang menghadapi mikromanajemen yang berlebihan, pelanggaran terhadap nilai-nilai inti perusahaan, dan kurangnya kepercayaan terhadap tim pengembang. Hal ini dilakukan setiap hari bahwa perjuangan untuk mendapatkan otonomi dan kepercayaan dalam pekerjaannya.
 
Bungie mengedepankan DEI yang terkenal sangat toxic dan merusak industri game, maka tidak heran apabila internal mereka begitu toxic. (sumber: Twitter)
 
Mantan developer Bungie mengatakan bahwa internal di sana begitu toxic dan perlu dibenahi secara keseluruhan. (sumber: The Game Post)
 
Bungie melakukan update terbaru dengan tema LGBT di game Destiny 2, yang mana hal ini memicu kemarahan fans karena tidak sesuai dengan tema game yang diusung sejak awal. (sumber: Twitter
 
Semoga artikel ini bermanfaat.

No comments:

Post a Comment