Black Myth: Wukong dan Kontroversi Media Barat - Can't Pause for Gaming

Home Top Ad

Responsive Ads Here

06 September 2024

Black Myth: Wukong dan Kontroversi Media Barat



Industri game adalah salah satu media hiburan yang banyak diminati dan paling dinamis sehingga perkembangannya begitu pesat di seluruh dunia. Dengan kemajuan teknologi dan narasi yang semakin kompleks, game moder tidak hanya menawarkan pengalamn bermain yang menghibur, tapi juga punya kesempatan untuk menyebarkan budaya dan tradisi dari berbagai belahan dunia.

Salah satu contoh terbaru dari penggabungan budaya tradisional dengan game modern adalah Black Myth: Wukong, sebuah game yang diangkat dari kisah klasik Tiongkok yang sangat terkenal bernama Journey to the West (Perjalanan ke barat) dengan karakter utama yang bernama Sun Wukong (biasanya dikenal sebagai Sun Go Kong di Indonesia) atau si Raja Kera.
 
Game ini dirilis pada tanggal 20 Agustus 2024 kemarin dan dapat dimainkan di console PlayStation 5 dan Windows PC. Grafik yang ditawarkan begitu memanjakan mata sehingga tidak heran kalau game ini adalah salah satu game yang membutuhkan spesifikasi hardware yang sangat tinggi. Genre yang ditawarkan dari Black Myth: Wukong ini adalah role-playing game (RPG) yang dibuat dan dipublikasikan oleh Game Science.

Game ini mendapatkan antusiasme yang besar di kalangan penggemar game dan budaya Tiongkok, tapi ternyata banya kritik dari media barat yang muncul untuk memperdebatkan interpretasi budaya dan artistik di game ini. Beberapa kritikus menyoroti bagaimana Black Myth: Wukong menghadapi tantangan dalam menerjemahkan budaya lokal untuk audience global, dan bagaimana media barat seringkali keliru atau bahkan tidak adil dalam memahami makna dan representasi budaya yang melekat pada karakter Sun Wukong.

Simbol Nasional dan Legenda

Sun Wukong adalah karakter sentral dalam Journey to the West yang merupakan salah satu tokoh mitologi yang dicintai dalam sejarah sastra Tiongkok. Karakter ini dikenal karena kecerdikannya, kekuatannya yang luar biasa, dan kepribadiannya yang penuh dengan kelicikan. Sebagai makhluk setengah dewa, Wukong memiliki banyak kemampuan supranatural seperti berubah bentuk, menggandakan diri, dan mengendalikan unsur alam.

Dalam konteks budaya Tiongkok, Wukong bukan hanya sekedar tokoh dongeng melainkan ia melambangkan nilai-nilai tradisional, seperti keberanian, pengetahuan, dan kemampuan untuk mengatasi rintangan, baik dari manusia maupun kekuatan supranatural. Sun Wukong juga sering dilihat sebagai simbol perlawanan terhadap otoritas yang sewenang-wenang, menjadikannya karakter yang penuh dengan makna sosial dan politik.

Namun, seiring dengan meningkatnya ketenaran Journey to the West di luar Tiongkok, tokoh Wukong telah diadaptasi ke berbagai media hiburan, termasuk film, serial televisi, animasi, dan video game. Adaptasi ini seringkali membawa perubahan atau reintepretasi terhadap karakter dan kisahnya, menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana budaya lokal dapat diterjemahkan untuk pasar global.

Sun Wukong (Sun Go Kong) merupakan tokoh utama dalam novel Journey to the West yang menemani pendeta/biksu Tong dalam perjalanannya. ia dikenal sebagai monyet yang mahir melawan panglima-panglima hebat di kayangan. (sumber: Wikipedia)

Journey to the West (dikenal sebagai Kera Sakti di Indonesia) merupakan serial televisi dari Hong Kong yang diadaptasi dari novel yang sama. (sumber: Wikipedia)
 

Black Myth: Wukong - Penggabungan Tekonologi dengan Tradisi

Dirilis pertama kali melalui cuplikadi dari gameplay pada tahun 2020, Black Myth: Wukong langsung mencuri perhatian dunia. Grafiknya yang memukai, gaya permainan yang menantang, dan penggambaran epik dari kisah klasik Journey to the West membuatnya menjadi salah satu game yang paling ditunggu-tunggu. Game ini menggunakan Unreal Engine 5 yang memungkinkan tampilan visual yang sangat realistis dan pengalaman bermain yang mendalam.

Blak Myth: Wukong menceritakan perjalanan Sun Wukong dengan pendekatan yang lebih gelap dan serius dibandingkan dengan adaptasi-adaptasi sebelumnya. Game ini mengambil inspirasi langsung dari sastra klasik namun memperkenalkan elemen-elemen baru yang disesuaikan dengan estetikan game modern. Meskipun pada dasarnya dirancang untuk audience Tiongkok, kesuksesannya di panggung internasional menjadikannya sebuah fenomena global di kalangan gamer.

Salah satu screenshot dalam game yang menampilkan pertarungan seperti Dark Soul atau Elden Ring, ditambah grafiknya yang begitu memukau.

Kritik Media Barat dengan Persepsi yang Terbentur

Seiring dengan meningkatnya ketenaran game Black Myth: Wukong, tidak semua sambutan dari media barat bersifat positif. Beberapa kritikus menyoroti bagaimana game ini mungkin "terlalu Tiongkok" dalam pendekatannya, yang mana menurut mereka bisa membuat sulit bagi pemain di Barat untuk sepenuhnya memahami atau terhubung dengan narasi dan karakter-karakternya. Dalam beberapa kasus, media barat juga menyoroti elemen budaya yang dianggap kurang relevan dengan audience global, seperti mitos lokal atau nilai-nilai yang terkandung dalam cerita aslinya.

Namun, kritik ini juga telah memicu debat yang lebih besar tentang bagaimana game dari negara non-barat seringkali dinilai melalui lensa budaya barat. Media barat terkadang memiliki kecenderungan untuk melihat karya seni dari negara-negara seperti Tiongkok, Jepang, atau Korea Selatan dengan bias tertentu, terutama elemen-elemen budaya yang terlibat tidak langsung sejalan dengan selera atau pemahaman budaya barat.

Misalnya, beberapa kritik menyebutkan bahwa game Black Myth: Wukong mungkin menghadirkan tantangan tersendiri bagi pemain barat karena sifatnya yang telalu menitikberatkan dalam mitologi Tiongkok. Namun, di sisi lain banyak juga yang berargumen bahwa game seperti ini justru memberikan kesempatan bagi para pemain di seluruh dunia untuk memperluas pemahaman mereka tentang budaya lain. Sama halnya dengan bagaimana game seperti The Witcher memperkenalkan budaya dan mitos Eropa Timur ke panggung global, Black Myth: Wukong dapat dilihat sebagai jendela ke dalam dunia mitologi dan sejarah Tiongkok.

Isu Sexism Developer di Mata Media Barat

Dalam artikel IGN yang berjudul "How Black Myth: Wukong Developer’s History of Sexism Is Complicating its Journey to the West" menyebutkan bahwa adan unsur sexism yang dilakukan oleh developer game Black Myth: Wukong ini, yakni dari Game Science. Bukti sexism ini ditemukan dari postingan-postingan yang muncul di media sosial China bernama Weibo yang ditulis oleh orang-orang dari studio yang berisi banyak referensi tentang genitalia dan sindiran seksual. Hal ini memicu reaksi di komunitas gamer dan kebanyakan adalah para wanita. Ternyata, pada tahun 2015, Game Science sempat memposting poster rekrutmen yang menampilkan gambar dan konten yang mengarah ke budaya sexism yang mendarah daging di dalam studio tersebut.

Feng, salah satu pendiri Game Science, pernah menulis artikel yang berjudul "Who has murdered our game?" di mana ia menggali kesulitan pengembangan game di China. Feng membandingkan project yang gagal dengan bayi yang lahir mati, mengingat bahwa banyak game yang harus berhenti berkembang meskipun telah dikerjakan lama. Lalu, ia memposting analogi ini "Apakah karena sperma tidak cukup jantan? Apakah kehamilannya terlalu pendek? Apakah bayinya kurang gizi? Apakah para dokter yang bertanggung jawab atas operasi caesar berketerampilan rendah? Mengapa kita tidak bisa menghasilkan anak (produk) yang sehat?"

Feng juga mengkritisi kualitas video promosi game Black Myth: Wukong di tahun 2020 bahwa videonya kurang bersemangat. Ia menambahkan tentang "Saya ingin memperluas lingkaran saya dan mepekerjakan banyak orang, dijilat sampai saya tidak bisa ereksi." Ia juga menambahkan "Saya tahu, Anda kebetulan sedikit tertekan. merupakan kehormatan bagi saya untuk memberi Anda kenyamanan di bagian bawah tubuh Anda." Dan juga tentang "Saya basah setelah menontonnya beberapa kali...tekanan di selangkangan saya sangat besar!"


Postingan sexism yang diposting oleh developer Black Myth: Wukong. (sumber:X: @kkkkkilllllller)

Postingan lowongan kerja yang mengandung unsur sexism yang dipublish oleh Game Science. (sumber X: @kkkkkilllllller)
 
Tanggapan gamer lokal mengenai isu sexism yang membuat banyak gamer wanita semakin khawatir dengan isu di negaranya ini. (sumber X: @Yellowpepper000)
 
Bahkan karakter di dalam game akan dibuat untuk memuaskan fetishnya. (sumber: IGN)
 
Logo dari Game Science sendiri pun ternyata representasi dari sebuah sperma. (sumber: Wikipedia)
 
Kritik lain juga menghampiri Black Myth: Wukong dari media gamer yang bernama Screen Rant di mana mereka memposting artikel yang mengatakan bahwa game ini kekurangan representasi karakter wanita di dalamnya. Mereka menambahkan bahwa dalam sebuah game yang dirilis pada era modern sekarang ini, seharusnya terdapat karakter wanita yang memiliki peran penting dan tidak sekedar menjadi objek pelengkap.

Kritik lainnya adalah terkait ketidaksetaraan gender karena mereka merasa bahwa fokus utama game ini terlalu terpusat pada tokoh utama pria, yakni Sun Wukong tanpa memberikan ruang yang cukup bagi karakter wanita lain untuk berkembang. Hal ini dianggap sebagai bentuk deskriminasi gender dalam industri game menurut mereka.

Banyak pertanyaan yang muncul dari kalangan gamer tentang sejauh mana representasi gender itu penting dalam sebuah game? Apakah pengembang game memiliki kebebasan kreatif untuk memilih karakter yang ingin mereka tampilkan? Bagaimana para developer harus menyeimbangkan antara menghormati sumber material asli dengan tuntutan representasi yang lebih inklusif? Perdebatan ini menunjukkan bahwa isu tersebut semakin menjadi perhatian di media barat terhadap industri game. Bagi mereka, kehadiran karakter wanita yang kuat dan beragam tidak hanya akan membuat sebuah game menjadi lebih menarik, tetapi juga dapat memberikan pesan positif kepada para pemain, terutama anak-anak dan remaja.

Kaum feminisme menyerang developer berdasarkan ideologi mereka sehingga membuat reviewnya semakin buruk. (sumber X: @Mangalawyer)
 

Masyarakat Tiongkok Lekat dengan Sexism
 
Jika Anda memperhatikan isu sexism di atas beserta screenshot hasil komentar warga Tiongkok, Anda menemukan bahwa masyarakat Tiongkok saat ini masih kental dengan budaya sexism. Bagi warga lokal di sana, sebenarnya hal ini wajar terjadi karena budaya ini sudah ada dari sejak jaman dahulu dan masih dilestarikan sampai sekarang. Inilah yang menjadi kontroversi bagi warga global mengingat begitu kompleksnya budaya Tiongkok tentang sexism sehingga selalu muncul perdebatan.

Kenapa demikian? Salah satunya adalah konfusianisme, di mana filsafat ini sangat berpengaruh di dalam budaya Tiongkok yang mana menempatkan laki-laki berada dalam posisi yang lebih tinggi dari perempuan dan menuntut perempuan untuk mentaati laki-laki. Nilai ini masih tertanam dalam banyak aspek di dalam kehidupan masyarakat Tiongkok.

Lalu, tradisi patriarki juga telah mendominasi di masyarakat Tiongkok selama ribuan tahun lamanya sehingga menyebabkan perempuan memiliki akses yang lebih terbatas terhadap pendidikan, pekerjaan, dan kekuasaan. Banyak daerah di sana yang masih ada preferensi kuat terhadap anak laki-laki sehingga menyebabkan praktik aborsi selektif terhadap bayi perempuan dan diskriminasi terhadap perempuan dalam keluarga.

Isu ini menjadi perdebatan di global dan inilah salah satu alasan mengapa banyak jurnalis media barat mengangkat isu sexism seiring meningkatkan popularitas game Black Myth: Wukong. 'Bad news is a good news' bagi seorang jurnalis sehingga mereka melihat untuk lebih kritis di balik ketenaran sebuah game yang dibuat tapi ada unsur kegelapan di dalam studio tersebut.

Perlu diingat bahwa, perubahan budaya di Tiongkok memang sedang terjadi. Seiring dengan modernisasi dan globalisasi, pandangan terhadap peran perempuan di Tiongkok semakin berubah. Banyak perempuan di sana kini berpendidikan tinggi, memiliki karir yang suksesn dan berperan aktif di masyarakat. Pemerintah Tiongkok juga telah mengeuarkan berbagai kebijakan untuk mempromosikan kesetaraan gender, seperti melarang aborsi selektif dan mendorong antisipasi perempuan di dalam politik. Gerakan feminis di Tiongkok juga semakin kuat dan lantang menyuarakan isu-isu kesetaraan gender.
 
Budaya Tiongkok dalam Industri Game Global

Kritik terhadap Black Myth: Wukong juga memunculkan pertanyaan yang lebih besar tentang bagaimana budaya Tiongkok direpresentasikan di media global, terutama dalam konteks industri game yang masih didominasi oleh pengembang Amerika, Eropa, dan Jepang. Seringkali, ada ketidakadilan dalam cara game dari Tiongkok atau negara lain di luar lingkup barat diperlakukan oleh media internasional. Pengembang Tiongkok menghadapi tantangan ganda bahwa mereka harus setiap pada akar budaya mereka, sambil memastikan bahwa game mereka dapat diterima oleh audience global yang mungkin tidak akrab dengan konteks lokal.

Ini bukan hanya masalah komersial, tetapi juga persoalan representasi budaya. Sementara game dari barat sering kali diapresiasi karena inovasi dan kreativitasnya, game dari negara seperti Tiongkok sering kali harus menghadapi kritik lebih tajam jika tidak sesuai dengan ekspektasi atau standar yang telah ditetapkan oleh pasar internasional.

Kesimpulan: Antara Bangga dan Tantangan

Black Myth: Wukong adalah contoh kuat dari bagaimana budaya lokal dapat diadaptasi untuk media global, namun juga menyoroti tantangan yang datang bersama dengan usaha tersebut. Game ini bukan hanya sekedar produk hiburan, ia membawa serta indentitas budaya, sejarah, dan nilai-nilai Tiongkok ke dunia. Kritik dari media barat yang menganggap game ini "terlalu Tiongkok" menunjukkan betapa sulitnya budaya non-barat diterima di pasar global tanpa harus mengorbankan keaslian dan identitasnya.

Namun, ini juga merupakan kesempatan bagi pemain global untuk memperluas wawasan mereka dan mengeksplorasi keindahan dari budaya yang berbeda. Black Myth: Wukong mungkin menghadapi tantangan dalam menghadirkan mitologi Tiongkok kepada audience internasional, tetap di dalamnya tersimpan potensi besar untuk menjadi jembatan yang menghubungkan dunia, melalui kisah-kisah yang melampaui batasan geografis dan kultural.
 
Isu sexism yang dilakukan oleh developer di dalam Game Science, sejenak menjadi cermin bahwa harga diri seorang wanita di sana terlihat begitu renda. Banyaknya keinginan untuk memuaskan hasrat sexual para pria sehingga membuat geram banyak audience internasional.

Pada akhirnya, ini adalah tentang bagaimana industri game global dapat menjadi wadah yang lebih inklusif, di mana budaya dari seluruh penjuru dunia dapat ditampilkan dengan adil dan dihargai, tanpa harus disaring melalui lensa satu budaya dominan. Blak Myth: Wukong menunjukkan bahwa mitologi klasik dapat hidup kembali, tak hanya untuk menghibur, tetapi juga untuk mendidik, menginspirasi, dan menyatukan pemain dari berbagai belahan dunia.

No comments:

Post a Comment