Bulan Agustus, dunia game dihebohkan oleh sebuah game baru yang dirilis oleh PlayStation pada tanggal 23 Agustus lalu dengan judul Concord untuk PS5 dan PC. Game ini merupakan game first-person shooter (FPS) dengan latar belakang fiksi ilmiah yang dikembangkan oleh Firewalk Studios. Layaknya game sejenis Valorant dan Overwatch, Concord diharapkan bisa menjadi sebuah portofolio game multiplayer PlayStation yang diharapkan menjadi salah satu judul yang mampu bersaing di pasar yang kompetitif.
Namun, sejak awal perilisannya, Concord justru menghadapi kritik tajam dari komunitas gamer, mencakup segala hal mulai dari kurangnya konten, desain karakter yang kontroversial, hingga isu-isu sosial yang melibatkan keragaman gender di dalam studio pengembangannya.
Mari kita bahas berurutan satu per satu.
Awal mula pengembangan.
Concord merupakan hasil dari proses pengembangan yang panjang oleh Firewalk Studios, kabarnya berlangsung selama delapan tahun. Dalam periode ini, mereka berupaya menciptakan sebuah game yang tidak hanya menawarkan pengalaman bermain yang seru tetapi juga memiliki kedalaman dari segi naratif dan mekanisme permainan. Latar belakang sci-fi dengan sentuhan estetika tahun 70-an menjadi salah satu daya tarik utama game ini, bersama dengan karakter-karakter unik yang dikenal sebagai Freegunners, tentara bayaran dengan kemampuan khusus.
Meskipun memiliki dasar konsep yang menjanjikan, proses pengembangan yang panjang juga diwarnai oleh tantangan yang tidak sedikit, termasuk dampak dari pandemi COVID-19 yang memperlambat produksi. Selain itu, keputusan untuk menjual game ini dengan harga sekitar $40 (± Rp600.000 lebih dengan kisaran $1 = Rp15.000 sekian) yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan game sejenis bersifat free-to-play, turut menjadi tantangan tersendiri dalam menarik perharian gamer.
Jumlah pemain Concord lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pemain Gollum pada awal peluncuran, yang mana dulu Gollum sempat dinobatkan sebagai game terburuk di tahun 2023. (sumber X: @tomwarren)
PlayStation bahkan sempat merilis controller limited edition versi Concord. Entah apakah ini memang dirilis berdasarkan kesepakatan kerja sama mereka atau memang PlayStation menduga akan booming. (sumber X: @LookAtMyMeat1)
Konten yang kurang dan progression yang tidak memuaskan.
Salah satu kritik terbesar terhadap Concord adalah kurangnya konten yang tersedia saat peluncuran. Banyak pemain merasa bahwa gameplay-nya solid, jumlah mode permainan, peta, dan variasi konten lainnya sangat terbatas. Hal ini membuat pengalaman bermain terasa cepat membosankan, terutama bagi mereka yang terbiasa dengan game FPS kompetitif yang menawarkan banyak pilihan dan tantangan.
Selain itu, sistem progression dalam game ini juga mendapat sorotan negatif. Pemain merasa bahwa progression tidak memberikan imbalan yang memuaskan, dengan banyaknya konten yang terkunci di balik mekanisme yang tidak jelas dan kurang menarik. Ini membuat banyak pemain berasa tidak ada motivasi yang cukup untuk terus bermain setelah menyelesaikan tantangan-tantangan awal.
Kontroversi desain karakter.
Desain karakter dalam Concord juga menjadi salah satu topik yang paling banyak dibicarakan oleh komunitas gamer. Beberapa pemain mengkritik desain visual karakter yang dianggap kurang menarik, terutama mengingat bahwa game ini telah dikembangkan selama bertahun-tahun. Kritik ini semakin diperparah dengan perbandingan terhadap game lain dalam genre yang sama, di mana banyak pemain merasa bahwa Concord gagal memenuhi standar yang diharapkan dari sebuah game AAA yang telah melalui proses pengembangan yang panjang.
Diskusi tentang desain karakter ini juga memicu perdebatan tentang bagaimana game ini mengelola keragaman gender dan representasi. Beberapa kritik terhadap desain karakter dikaitkan dengan pandangan bahwa Firewalk Studios berfokus pada inklusivitas dengan cara yang mungkin tidak sesuai dengan selera semua pemain.
Desain karakter Concord sangat menuai kontroversi, pasalnya banyak karakter yang dianggap memiliki visual mediocre dan terlalu mengusung isu LGBTQ+. (sumber X: @TheUpbringer)
Isu keragaman gender dan lingkungan kerja.
Selain masalah desain karakter, Concord juga terseret dalam kontroversi yang lebih besar terkait dengan isu keragaman gender di dalam studio pengembangannya. Seorang whistlebower yang mengaku sebagai mantan karyawan Firewalk Studios mengungkapkan bahwa lingkungan kerja di studio tersebut dipenuhi dengan ketegangan terkait isu gender. Dalam sebuah wawancara, whistleblower tersebut mengklaim bahwa seorang pengembang utama memaksa staf untuk memanggilnya "the professor" setelah mengidentifikasi diri sebagai non-biner. Selain itu, ada tuduhan bahwa studio memecat staf yang tidak divaksinasi dan memaksakan agenda politik tertentu, yang menambah ketidakpuasan di kalangan karyawan.
Kontroversi ini dengan cepat menyebar di media sosial, memicu perdebatan tentang bagaimana isu keragaman dan inklusivitas seharusnya dikelola di industri game. Meskipun klaim ini belum terbukti kebenarannya, mereka menciptakan citra negatif yang semakin merusak reputasi Concord.
Tanggapan developer terhadap kritik.
Sebagai seorang developer yang telah berusaha keras membutuhkan waktu yang lama sejak ide awal hingga perilisan, tentu akan menimbulkan reaksi apabila ada hal yang menyinggung karya dan pekerjaan mereka. Concord yang begitu menuai kontroversi seharusnya bisa ditanggapi dengan omongan developer yang lebih bijak untuk melihat sisi lain dari para gamer lihat, tapi mereka tidak melakukan itu.
Akun X yang bernama @anim_xander justru memantik api lebih besar, karena tanggapannya menyinggung banyak gamer yang mengatakan bahwa mereka orang-orang yang tidak memiliki bakat ketika mereka mengkritik Concord. Banyak tanggapan orang-orang yang disembunyikan dan menyuruh mereka untuk membayar supaya komentar mereka dibuka kembali.
Tidak hanya itu, para developer pun bekerja keras untuk menghapus tag atau label LGBTQ+ yang ada di Steam. Gamer yang merasa ketrigger akan semakin terus melakukan berbagai cara untuk menyebarkan hate speech mereka karena memang sudah seharusnya label LGBTQ+ ini ada di game mereka. Namun developer menolak karena menurut mereka ini akan menurunkan citra Concord. Padahal citra Concord sudah rusak di dalam game itu sendiri.
Salah satu developer dengan username @anim_xander yang mengatakan orang-orang tanpa bakat yang mengkritik Concord. (sumber X: @ughneyko)
Developer ini juga menyembunyikan komentar dari para gamer lain yang mengkritisi Concord dan disuruh membayar untuk membuka komentar mereka. (sumber X: @GiveMeBanHammer)
Concord pun susah payah menghapus tag yang diberikan oleh para gamer, di mana seharusnya tag LGBTQ+ ini dicantumkan namun selalu dihapus oleh Concord. (sumber X: @Grummz)
Kesimpulan
Concord adalah contoh menarik tentang bagaimana ambisi besar dalam pengembangan game tidak selalu berbanding lurus dengan kesuksesan di pasar. Meskipun memiliki konsep yang menarik dan potensi besar, game ini gagal memenuhi ekspektasi karena berbagai masalah, mulai dari konten yang kurang, desain karakter yang kontroversial, hingga isu-isu sosial yang melibatkan keragaman gender. Peluncuran yang buruk dan reaksi yang negatif dari komunitas gamer menunjukkan bahwa bahkan game dengan investasi besar sekalipun bisa mengalami kegagalan jika tidak mampu memenuhi harapan pemain.
Ke depannya, Firewalk Studios dan PlayStation mungkin perlu mengambil pelajaran dari kegagalan Concord untuk memastikan bahwa game-game mereka di masa depan lebih siap dalam hal konten desain, dan bagaimana mereka mengelola isu-isu sosial yang sensitif. Dengan penanganan yang tepat, Concord masih bisa menjadi dasar untuk pembaruan dan peningkatan yang bisa mengubah pandangan pemain terhadap game ini. Namun, untuk saat ini, Concord tetap menjadi salah satu contoh bagaimana tantangan dalam pengembangan game dapat menyebabkan sebuah judul yang diharapkan besar justru berakhir dengan kekecewaan.
PlayStation akhirnya menutup game Concord dan menyatakan akan mengembalikan uang (refund) kepada gamer yang telah membeli game Concord.
No comments:
Post a Comment