Easy Mode, Kenyamanan atau Pengkhianatan untuk Para Gamer? - Can't Pause for Gaming

Home Top Ad

Responsive Ads Here

25 January 2025

Easy Mode, Kenyamanan atau Pengkhianatan untuk Para Gamer?


Salah satu hal yang lumayan sering diperdebatkan di era gaming saat ini adalah tentang tingkat kesulitan dalam sebuah game. Bagi sebagian pemain, sebuah game yang menantang adalah esensi dari pengalaman bermain itu sendiri. Kesulitan dianggap sebagai ujian keterampilan, kesabaran, dan dedikasi yang memberikan rasa kepuasan ketika sebuah tantangan berhasil ditaklukkan. Namun, bagi gamer lain, tingkat kesulitan yang terlalu tinggi justri menjadi penghalang yang mengurangi kenikmatan bermain, terutama bagi mereka yang ingin menikmati cerita dari atmosfer gamenya tanpa harus merasakan frustasi yang berlebihan.

Kontroversi ini tidak hanya melibatkan gamer, tetapi juga para developer yang harus memutuskan bagaimana menciptakan pengalaman yang inklusif tanpa mengorbankan visi kreatif mereka. Beberapa developer memilih untuk menyediakan berbagi pilihan kesulitan agar game yang mereka buat bisa dinikmati oleh banyak orang, sementara yang lain percaya bahwa game mereka seharusnya dipertahankan tingkat kesulitannya untuk menjaga atmosfer gamenya. Contohnya, game Dark Soul dan Elden Ring yang sering menjadi sorotan dalam perdebatan ini, di mana kesultian tingkat tinggi dianggap sebagai ciri khas yang tak terpisahkan dari identitas game tersebut.

Beberapa orang berpendapat bahwa game seharusnya lebih inklusif dengan menyediakan fitur-fitur yang memungkinkan pemain dengan berbagai kemampuan untuk tetap menikmati permainan dari awal hingga akhir. Pandangan ini sering berhadapan dengan argumen bahwa memberikan pilihan "easy mode" pada game tertentu dapat mengurangi pengalaman yang dirancang oleh developer. Perdebatan ini terus berkembang seiring dengan meningkatnya keragaman komunitas gamer di seluruh dunia, menciptakan diskusi yang menarik tentang apa yang sebenarnya membuat sebuah game menjadi "baik" dan untuk siapa game itu dibuat.
 

Kenapa developer membuat pilihan difficulty?

Sistem difficulty dalam video game bukan hanya sekadar fitur tambahan belaka, melainkan bagian penting dari desain sebuah game yang dirancang dengan berbagai tujuan. Para developer memiliki alasan strategis untuk menghadirkan pilihan difficulty, beberapa alasannya adalah untuk:

1. Menjangkau macam-macam player.
Tidak semua gamer memiliki tingkat keterampilan yang sama. Beberapa gamer mungkin baru mengenal dunia game atau genre game yang baru saja ia beli, sementara yang lain adalah challenge junkie atau player yang senang dengan tantangan. Dengan menyediakan sistem difficulty, developer dapat memastikan bahwa game mereka dapat dinikmati oleh berbagai macam player. Tingkat easy memungkinkan player pemula untuk belajar mekanisme dasar tanpa merasakan frustasi, sedangkan tingkat hard atau nightmare memberikan tantangan ekstra bagi player yang berpengalaman yang menginginkan pengalaman bermain yang lebih menantang.

2. Meningkatkan nilai replayability.
Sistem difficulty juga dirancang untuk mendorong player kembali memainkan game setelah menyelesaikannya. Dengan mencoba difficulty yang lebih tinggi, player dapat merasakan pengalaman bermain yang berbeda, baik dari segi mekanisme gamenya atau strategi yang diperlukan. Fitur ini membuat game terasa segar dan menarik untuk dimainkan berulang kali sehingga meningkatkan daya tariknya di mata gamer.

3. Memberikan kendali lebih kepada player.
Pilihan difficulty memberikan pemain kendali atas cara mereka ingin menikmati game. Fitur ini penting untuk memastikan bahwa pengalaman bermain dapat disesuaikan dengan preferensi individu. Beberapa gamer mungkin ingin fokus pada story dan eksplorasi tanpa perlu memikirkan tantangan berlebih, sedangkan yang lain lebih menikmati sensasi menghadapi musuh yang sulit dan tangan yang strategis. Dengan memberikan fleksibilitas ini, developer menciptakan pengalaman yang lebih personal bagi setiap pemain.

4. Menghadirkan challenge yang balance.
Tidak semua game memiliki tantangan yang sama untuk setiap playernya. Sistem difficulty membantu developer menciptakan keseimbangan yang memungkinkan player merasakan tingkat kesulitan yang sesuai dengan keterampilan mereka. Hal ini tidak hanya meningkatkan pengalaman bermain, tetapi juga memastikan bahwa player tidak merasa frustasi atau bosan dengan tantangan yang terlalu mudah maupun terlalu sulit.

5. Meningkatkan kepuasan akan achievement.
Bagi banyak gamer, menyelesaikan game pada tingkat kesulitan tinggi memberikan rasa pencapaian yang luar biasa. Developer menyadari bahwa tantangan ini dapat meningkatkan kepuasan dan membuat pengalaman bermain menjadi lebih berkesan. Dengan memberikan pilihan difficulty, developer mampu menciptakan momen-momen yang tidak terlupakan bagi player yang berhasil melewati tantangan berat. Hal ini biasanya ada achievement tertentu yang hanya bisa didapatkan di tingkat kesulitan tertetu juga.

Sistem difficulty bukan hanya sebagai elemen tambahan tetapi juga strategi penting yang memungkinkan game untuk menjadi inklusif, fleksibel, dan memuaskan bagi banyak gamer. Dengan menyediakan pilihan difficulty inilah para developer mampu menciptakan game yang dapat dinikmati oleh semua kalangan, tanpa kehilangan esensi tantangan yang menjadi daya tarik utama di game itu sendiri.
 
 
 Game Jazz Jackrabbit dan Remnant 2 adalah contoh game yang memberikan himbauan kepada playernya dalam memilih difficulty, baik itu himbauan berupa visual maupun teks yang menjelaskan difficulty-nya. Tantangan yang diberikan setiap tingkat difficulty akan memberikan pengalaman bermain yang berbeda-beda.

 
Bagaimana developer membuat sistem difficulty?

Merancang sistem difficulty adalah hal yang kompleks dengan proses yang melibatkan berbagai elemen teknis, desain, hingga ke psikologi. Developer harus menciptkana pengalaman bermain yang seimbang untuk semua tingkat keterampilan gamer, sekaligus mempertahankan esensi dari game tersebut. Berikut beberapa hal yang biasa dilakukan oleh developer dalam membuat sistem difficulty:

1. Menyesuaikan keterampilan musuh dan player.
Salah satu cara paling umum untuk menciptakan perbedaan tingkat kesulitan adalah dengan mengubah statistik musuh dan player. Pada tingkat easy, musuh mungkin memiliki statuts seperti health point, strenght, defense yang lebih rendah atau reaksi dan akurasinya lebih lambat. Sebaliknya, pada tingkat hard atau extreme, musuh bisa menjadi lebih agresif, lebih cepat, dan memiliki serangan yang mematikan. Hal yang sama berlaku untuk player, mereka mungkin diberikan lebih banyak item atau equipment pada tingkat easy, tetapi jumlah item, drop equipment, experience point bisa terbatas pada difficulty yang lebih tinggi.

2. Menggunakan AI yang dinamis.
Beberapa game di zaman sekarang telah menggunakan teknologi AI untuk diterapkan ke musuh di dalam game dan disesuaikan dengan difficulty-nya. Pada difficulty easy, musuh mungkin memiliki pola serangan yang sederhana dan mudah ditebak, sementara pada difficulty yang lebih tinggi, musuh bisa menjadi lebih adaptif, mempelajari perilaku player, dan merespons dengan taktik yang lebih kompleks.

3. Menyesuaikan resources dalam game.
Developer juga sering mengontrol ketersediaan item seperti potion, material. hingga drop equipment untuk menciptakan tantangan. Pada difficulty easy, player mungkin akan mendapatkan sumber daya yang melimpah untuk membantu mereka melewati segala macam tantangan di dalam game, sementara pada difficulty yang lebih tinggi, item, material, maupun drop rate akan menjadi sangat langka. Pendekatan ini sering digunakan dalam game RPG.

4. Menyajikan mekanisme yang berbeda.
Pada difficulty yang lebih tinggi, developer sering menambahkan mekanisme tambahan yang membuat game menjadi lebih kompleks. Ini bisa berupa puzzle yang lebih sulit, limit waktu yang lebih pendek, atau elemen gameplay baru yang memaksa player untuk mengubah strateginya. Misalnya di game zombie survival, akan lebih banyak zombie yang muncul dan sangat mudah untuk mengepung player dibandingkan dengan difficulty easy yang hanya bergerak lurus ke arah player satu per satu.

5. Memperhatikan feedback player.
Developer sering mengandalkan feedback dari player untuk melakukan update penyempurnaan gamenya. Melalui open beta atau survey, mereka dapat memahami di mana player merasa frustasi atau sebaliknya terlalu mudah untuk dilewati/dimainkan. Informasi ini membantu developer menciptakan pengalaman bermain yang lebih seimbang dan menyenangkan dari berbagai jenis player itu sendiri.

6. Menyediakan fitur debug mode atau developer mode.
Banyak game modern kini menghadirkan fitur accessibility yang memungkinkan player menyesuaikan difficulty yang lebih spesifik, seperti mengatur jalannya waktu di dalam game, mengaktifkan god mode atau invicible, hingga menyesuaikan kekuatan atau jumlah spawn musuh. Fitru ini bertujuan untuk membuat game dapat diakses oleh lebih banyak pemain tanpa mengorbankan tantangan inti bagi yang mencari pengalaman penuh.

7. Playtesting sebagai pengujian.
Sebelum game dirilis, developer biasanya melakukan pengujian ekstensif untuk memastikan sistem difficulty seimbang dan sesuai dengan visi mereka. Playtesting membantu menemukan bug/celah/ketidakseimbangan yang dapat membuat pengalaman bermain menjadi kurang optimal. Misalnya, jika difficulty normal terlalu sulitu atau terlalu mudah, pengaturan ulang dapat dilakukan untuk menciptakan tantangan yang lebih terukur.

Proses pembuatan sistem difficulty memerlukan keseimbangan antara keadilan, tantangan, dan fleksibilitas. Dengan mengatur elemen seperti AI, statistik, dan ketersediaan sumber daya, developer berupaya menciptakan pengalaman bermain yang sesuai dengan preferensi pemain. Hasil akhirnya adalah game yang tidak hanya menantang, tetapi juga inklusif dan memuaskan bagi semua kalangan.
 
Difficulty yang berbeda akan memberikan pengalaman bermain dan reward yang berbeda, tentunya ini akan menjadi tipe seperti apakah Anda dalam memainkan suatu game. (sumber: Minecraft Wiki)
 
Perdebatan sistem difficulty.

Sistem difficulty dalam video game telah menjadi topik yang memicu perdebatan panjang di komunitas gamer. Pendukung dan penentang di sistem ini memiliki argumen yang kuat, baik dari sudut pandang pengalaman bermain, aksesibilitas, hingga visi kreatif pengembang. Mari kita bahas satu per satu.

Pandangan pro terhadap sistem difficulty.

1. Mendukung inklusivitas.
Pendukung sistem difficulty berpendapat bahawa fitur ini membuat game lebih inklusif, memungkinkan player dari berbagai tingkat keterampilan untuk menikmati pengalaman bermain. Mereka yang baru mengenal dunia game atau suatu game memiliki keterbatasan sehingga bisa memilih tingkat kesulitan yang lebih rendah untuk tetap menikmati story dan gameplay tanpa tekanan yang berlebihan.
2. Fleksibilitas dalam bermain.
Sistem difficulty memberikan kebebasan kepada player untuk menyesuaikan pengalaman mereka. Gamer yang ingin menikmati tantangan bisa memilih difficulty yang lebih tinggi, sementara mereka yang hanya ingin menikmati narasi atau eksplorasi dapat memilih tingkat kesulitan yang lebih rendah. Kebebasan ini memungkinkan game untuk memenuhi preferensi player yang beragam.
3. Meningkatkan replayability.
Bagi beberapa gamer, pilihan untuk mencoba berbagai tingkat kesulitan memberikan alasan untuk kembali memainkan game. Setiap tingkat kesulitan menawarkan tantangan yang berbeda, reward yang berbeda, memberikan pengalaman bermain yang segar, dan memperpanjang gameplay hour.
 
Pandangan kontra terhadap sistem difficulty.
 
1. Mengorbankan visi kreatif developer.
Bagi gamer yang kontra dengan sistem difficulty sering kali berargumen bahwa fitur ini dapat merusak visi kreatif dari para developer. Mereka percaya bahwa game dirancang dengan tingkat tantangan tertentu yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman bermain. Menambahkan pilihan difficulty yang lebih mudah dianggap dapat mengurangi intensitas atau keaslian pengalaman bermain tersebut.
2. Mengurangi rasa pencapaian diri.
Bagi beberapa gamer, sistem difficulty dianggap mengurangi nilai dari pencapaian dalam game. Ketika player dapat memilih pilihan yang lebih mudah, tantangan yang dirasakan tidak lagi memiliki bobot yang sama. Game seperti Dark Souls, Elden Ring, atau Sekiro: Shadows Die Twice sering dijadikan contoh, di mana kesulitan tingkat tinggi menjadi inti dari rasa pencapaian yang dirasakan gamer.
3. Kurang menantang bagi gamer hardcore.
Gamer yang kontra juga berpendapat bahwa sistem difficulty yang terlalu fleksibel dapat membuat game terasa terlalu mudah bagi gamer hardcore. Mereka lebih menghargai game yang dirancang dengan difficulty yang stabil, di mana semua gamer menghadapi ujian yang sama tanpa ada pengecualian.

Meskipun perdebatan ini sering kali memecah komunitas gamer, beberapa pihak berusaha mencari titik tengah. Misalnya, dengan memberikan pilihan accessibility yang lebih terfokus pada kebutuhan player tertentu tanpa mengubah inti tantangan dari game tersebut, atau dengan menyisipkan mode tambahan seperti New Game+ yang menawarkan tingkat kesulitan yang lebih sulit bagi player yang telah menyelesaikan game.

Debat tentang sistem difficulty ini mencerminkan akan keragaman dalam komunitas gamer, dari mereka yang mencari pengalaman santai hingga mereka yang mendambakan tantangan ekstrem. Pada akhirnya, keberhasilan sistem difficulty terletak pada bagaimana pengembang dapat menyelaraskan kebutuhan dan preferensi gamer dengan visi kreatif mereka. Diskusi ini akan terus berlanjut, menciptakan ruang dialog yang memperkaya dunia gaming.

Gamer yang merasa tidak puas akan tidak adanya pilihan difficulty, biasanya komunitas akan memodifikasi game-game tersebut supaya lebih mudah atau lebih sulit untuk dimainkan.

No comments:

Post a Comment